Postingan

Tradisi Sarungan

Gambar
Masyarakat akhir-akhir ini banyak yang beranggapan bahwa yang memakai sarung hanya orang yang baru saja sunat (khitan). Tradisi di masyarakat ketika selesai sunat (khitan) biasa nya memakai sarung memudahkan pergerakan dan longgar angin bebas keluar masuk, karna itu sarung di pakai agar cepat sembuh dan kering bekas sunat (khitan). Sebenarnya sarung telah di gunakan dari abad 14,   dibawa oleh para saudagar Arab dan Gujarat. Sarung di Indonesia identik dengan kebudayaan Islam. Sarung menjadi salah satu pakaian kehormatan dan menunjukkan nilai kesopanan yang tinggi. Oleh karna itu sarung menjadi tradisi di pesantren ataupun kalangan umum yang sering di gunakan untuk solat ke masjid ataupun pergi mengaji. Pada zaman penjajahan Belanda, sarung identik dengan perjuangan melawan budaya barat yang dibawa para penjajah. Kaum santri merupakan masyarakat yang paling konsisten menggunakan sarung, Sikap konsisten penggunaan sarung juga dijalankan oleh salah seorang pejuang yaitu KH

SUSUHING ANGIN (Sumber Kecerdaan Ilahi)

Gambar
Sebagaimana pada semesta terdapat titik pusat, demikian pula pada diri manusia. Pada diri manusia, titik pusat inilah yang dinyatakan sebagai Susuhing Angin (Sarang Angin) atau Telenging Manah (Pusat Hati). Dinyatakan sebagai Sarang Angin karena di titik itulah angin ngendog (bertelur). Pembahasaan seperti ini muncul karena leluhur kita senang mencermati realitas di jagat raya. Dan ketika mencermati perilaku burung, ditemukan bahwa mereka membuat sarang untuk satu tujuan: ngendog atau bertelur dan membentuk kehidupan baru. Maka, sebanding dengan itu, di Susuhing Angin inilah kehidupan baru manusia selalu terbentuk. Dan dari mana kehidupan baru itu bermula? Dari angin yang dihirup manusia melalui proses hambegan (bernapas). Setiap manusia hambegan, menghirup oksigen dari udara, kehidupan baru terbentuk: sel-sel lama yang mati digantikan sel-sel baru. Lebih jelasnya, berdasarkan kesadaran terhadap realitas di dalam diri, dapat diketahui bahwa melalui proses hambegan inilah dar

ADAB DAN TATAKRAMA MENGHADIRI MAULID NABI SAW.

Gambar
“Petuah Hadhratus Syaikh KH. M. Hasyim Asy’ari” Tulisan berikut ini disarikan dari kitab an-Nur al-Mubin fi Mahabbat Sayyid al-Mursalin karya Hadhratus Syaikh KH. Muhammad Hasyim Asy’ari, salah satu tokoh sentral dan pendiri Nahdlatul Ulama. Beliau termasuk salah seorang pakar hadits (muhaddits) terkemuka di masanya, yang menjadi rawi ke-24 dari rantai silsilah hadits Shahih Bukhari-Muslim dari gurunya asy-Syaikh Mahfudz at-Termasi, guru besar Masjidil Haram yang bermadzhab Syafi’i. 1.      Adab Para Salaf Shaleh sebelum Hadir ke Tempat Acara Maulid Nabi Saw. Sebelum menghadiri acara Maulid Nabi Saw. terlebih dahulu para salaf shaleh melakukan hal-hal berikut ini: ·         Berwudhu dengan baik dan sempurna. ·         Dalam keadaan masih basah dengan air wudhu, ia membaca: “Shalallahu ‘alaa Muhammad” 33x tanpa diselingi berbicara dengan yang lain. ·         Lalu diusapkan ke wajahnya dan membaca doa sehabis wudhu. ·         Kemudian melakukan shalat sunnah

Biografi KH. Wahid Hasyim

Gambar
Abdul Wahid Hasyim nama lengkapnya. Ia lahir pada Jumat Legi, 5 Rabi’ul Awal 1333 H/1 Juni 1914 M dari pasangan Hasyim Asy’ari dan Nafiqah Binti Ilyas. Semula sang Ayah memberinya nama Muhammad Asy’ari, yang diambil dari nama kakeknya. Namun, karena ia sering sakit-sakitan, maka sang Ayah mengganti nama Abdul Wahid, yang diambil dari nama datuknya. Abdul Wahid adalah anak kelima dan anak laki-laki pertama dari 10 bersaudara. Sang Ayah, Hasyim Asyari, adalah seorang ulama besar dan pimpinan Pondok Pesantren Tebuireng yang sangat dihormati oleh masyarakat karena kearifan, kebijakan, dan kedalaman agamanya. Sebagai seorang anak tokoh agama, sejak kecil Abdul Wahid sudah dididik dengan ilmu agama secara ketat oleh orangtuanya. Sejak kecil, Abdul Wahid sudah masuk Madrasah Tebuireng dan dididik langsung oleh Ayahnya. Kecerdasan Abdul Wahid yang luar biasa membuatnya cepat menyerap berbagai macam pelajaran agama yang diberikan oleh Ayahnya, juga oleh guru-gurunya yang lain di Madras