SUSUHING ANGIN (Sumber Kecerdaan Ilahi)




Sebagaimana pada semesta terdapat titik pusat, demikian pula pada diri manusia. Pada diri manusia, titik pusat inilah yang dinyatakan sebagai Susuhing Angin (Sarang Angin) atau Telenging Manah (Pusat Hati). Dinyatakan sebagai Sarang Angin karena di titik itulah angin ngendog (bertelur). Pembahasaan seperti ini muncul karena leluhur kita senang mencermati realitas di jagat raya. Dan ketika mencermati perilaku burung, ditemukan bahwa mereka membuat sarang untuk satu tujuan: ngendog atau bertelur dan membentuk kehidupan baru. Maka, sebanding dengan itu, di Susuhing Angin inilah kehidupan baru manusia selalu terbentuk. Dan dari mana kehidupan baru itu bermula? Dari angin yang dihirup manusia melalui proses hambegan (bernapas). Setiap manusia hambegan, menghirup oksigen dari udara, kehidupan baru terbentuk: sel-sel lama yang mati digantikan sel-sel baru.

Lebih jelasnya, berdasarkan kesadaran terhadap realitas di dalam diri, dapat diketahui bahwa melalui proses hambegan inilah dark energy memancar dari Susuhing Angin, menimbulkan getar dan bunyi dengung. Lalu terbentuklah dark matter yang selanjutnya menjadi ordinary matter, berupa unsur-unsur dasar pembentuk raga manusia, yang selanjutnya bermetamorfosis menjadi sel-sel baru dan terjadilah pertumbuhan atau pembaharuan pada raga manusia.

Lokus atau takhta dari Rasa Sejati sesungguhnya berada di Susuhing Angin. Bentuk fisiknya tidak ada, tetapi keberadaan dan fungsinya nyata. Melalui wahana ini manusia bisa mengetahui berbagai perkara termasuk perkara yang teramat halus dan rumit. Cara kerjanya adalah dengan sistem deteksi getar, seperti sistem pendeteksi di dalam kapal selam yang bekerja mempergunakan gelombang sonar.

Lebih jelasnya, demikianlah cara kerja Rasa Sejati. Setiap benda atau keberadaan di semesta ini memiliki getaran tersendiri. Getaran inilah yang ditangkap oleh Rasa Sejati. Ia menjadi semacam kode yang memberikan informasi tentang realitas dari benda atau keberadaan itu. Dan melalui proses yang sangat cepat, Rasa Sejati mengurai dan mengubah kode ini menjadi data atau informasi yang bisa dibahasakan dan dimengerti. Dengan demikian, Rasa Sejati adalah perangkat kecerdasan tersendiri di dalam diri manusia. Ia berbeda dengan otak. Rasa Sejati bekerja secara independen, tidak dipengaruhi otak atau menggunakan otak. Inilah yang sesungguhnya dinyatakan sebagai kecerdasan spirit, kecerdasan roh, atau kecerdasan ilahiah (divine intelligence) yang ada pada diri manusia. Ini pula sesungguhnya yang membedakan manusia dengan berbagai titah hurip (makhluk) lainnya, termasuk binatang. Binatang memiliki otak dan punya kecerdasan yang dihasilkan otak. Tetapi mereka tak punya Rasa Sejati.

Setiap manusia memiliki Rasa Sejati. Sesungguhnya pula, setiap saat ada pesan ilahi yang disampaikan kepada manusia melalui Rasa Sejati ini. Tapi kenyataannya, pada saat sekarang, sangat jarang manusia yang bisa mengetahui apa pesan yang muncul melalui Rasa Sejati. Kecerdasan Rasa Sejati ini masih menjadi perkara langka. Mayoritas manusia lebih punya kesadaran mengenai informasi yang dicerap, diolah, dan disampaikan oleh otak. Sementara hanya sedikit yang telah sadar sepenuhnya dan bisa mengetahui pesan atau informasi dari Rasa Sejati.

Pertanda mereka yang cerdas karena fungsi dari Rasa Sejati adalah kemampuan mengungkapkan berbagai perkara yang belum pernah disaksikan dengan pancaindra, juga belum pernah diajarkan melalui proses pendidikan dan pengajaran. Sebenarnya, saat ini masih ada orang-orang yang cerdas karena Rasa Sejatinya. Umumnya sejak kecil mereka cenderung sangat terhubung dengan berbagai realitas kehidupan. Bahasa populernya, mereka dekat dengan alam. Mereka sering menyendiri lalu bergaul akrab dengan berbagai unsur semesta: tanaman, binatang, juga benda-benda angkasa. Sementara pada saat yang sama, mereka cenderung tidak menyukai kegiatan pembelajaran yang hanya mengandalkan fungsi otak. Orang-orang seperti ini sering kali mengungkapkan kenyataan yang sulit dimengerti orang pada umumnya: tidak berpikir tapi bisa tahu. Tidak banyak menggunakan otak, tapi tahu tentang berbagai perkara.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ushul Fiqh: pengertian amar dan nahi

Pengertian Dharuriyyat, Hajiyyat dan Tahsiniyyat

Makalah : Fiqih Muamalah Ju’alah ( Pemberian Upah )