Syekh Siti Jenar dan Ajarannya yang Dianggap Sesat
Nama Syekh Siti Jenar cukup terkenal dalam sejarah Islam.
Namun, sampai sekarang belum ada yang tau pasti apakah sejarah yang telah
tersebar di masyarakat merupakan fakta atau hanya sekedar cerita rakyat.
Pernah berkontribusi dalam penyebaran Islam di
Indonesia, ia memiliki banyak pengikut serta berbagai ajaran. Namun, salah
satu ajarannya Manunggal Kawula Tuhan pada saat itu dinilai menyimpang dari
syariat Islam.
Tak hanya ajarannya, kronologi kematian dari Sunan Jepara
ini juga masih menjadi misteri mana yang benar dan salah. Untuk itu, mari simak
pembahasan Munus dibawah ini terkait dengan Syekh Siti Jenar.
Silsilah Syekh Siti Jenar
Syekh Siti Jenar memiliki nama asli Sayyid Hasan Ali al
Husaini atau dikenal juga dengan Syekh Abdul Jalil atau Syekh Lemah Abang.
Beliau memiliki darah Arab sepenuhnya dengan campuran darah Melayu. Darah
Melayu didapatkannya dari sang ibu, Siti Fatimah. Sedangkan, darah Arabnya diturunkan
dari sang ayah, Syekh Datuk Soleh yang dikenal sebagai ahli tafsir kitab suci.
Sayyid Hasan Ali al Husaini diyakini lahir sekitar tahun
1404 M di Persia atau yang sekarang disebut dengan Iran. jika diurutkan dari
silsilahnya, para pengikutnya yakin bahwa beliau merupakan keturunan langsung
Rasulullah melalui jalur Siti Fatimah dan Ali Bin Abi Thalib.
Sejak belia Sayyid Hasan Ali al Husaini dititipkan di
Padepokan Amparan Jati untuk menerima ajaran agama Islam. Padepokan tersebut
didirikan oleh kakak sepupunya, Syekh Datuk Kahfi.
Setelah dewasa, Sayyid Hasan Ali al Husaini mengembara ke
wilayah timur Tanah Jawa. pengembaraan itu kemudian diketahui oleh Majapahit.
Atas perintah kakaknya sendiri, Shri Manganan Cakrabuana, ia diminta untuk
berkontribusi dalam menyebarkan agama Islam di tanah Jawa.
Semasa hidupnya, Sayyid Hasan Ali al Husaini pernah
bergabung dalam anggota Walisongo atas rekomendasi Sunan Ampel. Namun, ia
keluar saat kepemimpinan Sunan Giri. Ia bahkan dipercaya untuk menjabat sebagai
Panetep Panatagama ring Sunda menggantikan kakaknya. Ia juga pernah mendirikan
sebuah padepokan dengan nama Krendasawa di kawasan Lemah Abang, Cirebon. Dari
situlah Sayyid Hasan Ali al Husain mendapat julukan Syekh Lemah Bang.
Syekh Lemah Bang juga sempat mendapatkan gelar Sunan Jepara,
karena ia turut menyebarkan agama Islam di Tanah Air. Namun, gelar ini
menimbulkan pro dan kontra karena ada ajarannya yang dinilai menyimpang
sehingga Sunan Jepara tidak masuk dalam daftar Wali Songo.
Kontroversi Ajaran Syekh Siti Jenar “Manunggal Kawula Tuhan”
Ajaran Syekh Siti Jenar yang menjadi kontroversi adalah
“Manunggaling Kawula Gusti”. Saat konsep ajaran tersebut terdengar oleh para
wali dan dianggap sebagai konsep yang menyimpang dari ajaran Islam. Sehingga
digelarlah pertemuan para wali dan sejumlah tokoh penting di Istana Argapura,
Giri atau yang sekarang disebut dengan Gresik.
Pada pertemuan itu telah hadir Sunan Kalijaga, Sunan Ampel,
Sunan Kusus, Sunan Bonang, Tan Go Wat alias Syekh Bentong, Penembahan Madura,
Pangeran Palembang dan tentu saja Syekh Lemah Bang.
Pertemuan diawali dengan sesi bertukar pikiran di mana para
tokoh dan wali memaparkan pengetahuan serta pemahaman mereka terkait dengan
agama Islam dan hal lainnya. Riuh pada pertemuan tersebut bermula ketika Syekh
Lemah Bang mendapatkan gilirannya untuk berargumen.
Saat itu dengan tegas Syekh Lemah Bang berucap:
“Menyembah Allah dengan bersujud beserta ruku’-nya, pada
dasarnya sama dengan Allah, baik yang menyembah maupun yang disembah. Dengan
demikian, hambalah yang berkuasa, dan yang menghukum pun hamba juga.”
Argumentasi tersebut sontak membuat beberapa orang di dalam
forum berdiri menuding bahwa Syekh Lemah Bang telah berdosa karena menyimpang
terlalu jauh dari agama dan menganggap dirinya sama dengan Tuhan.
Namun, dengan tenang Syekh Lemah Bang menanggapi segala
tudingan tersebut sembari berkata, “ Biar jauh tetap benar, sementara yang
dekat belum tentu benar.”
Bagi Syekh Lemah Bang, dasar yang ingin disampaikan dari
syahadat dan tauhid adalah manunggal atau bersatu. Artinya, semua ciptaan Tuhan
pada akhirnya akan menyatu dengan yang menciptakan maka dari itu menjadi
Manunggaling Kawula Gusti
Syekh Lemah Bang tetap teguh dengan opini tersebut. Para
wali memperingatkan bahwa konsep itu dapat menjadi sebuah ajaran yang sesat
kepada para pengikutnya dan beliau bisa terancam hukuman mati karena melenceng
dari Islam.
Meskipun dianggap menyimpang oleh beberapa wali, namun
menurut para pengikutnya Syekh Lemah Bang tidak pernah mengakui dirinya sebagai
Tuhan. Mereka menganggap bahwa ajaran Manunggaling Kawula Gusti ini bukan
bersatunya Tuhan dengan mahkluk-Nya, melainkan berarti semua yang diciptakan
oleh Tuhan akan kembali kepada Tuhan.
Komentar
Posting Komentar