KH Utsman Al Ishaqi, Punya Karomah Sejak Kecil, Pernah Jadzab 7 Hari


 

Al 'Arifubillah Almaghfurlah KH. Muhammad Utsman Al Ishaqi dilahirkan di Surabaya pada bulan Jumadil Akhir 1334 H, setelah 16 bulan berada dalam rahim ibundanya. 

 

Dikisahkan sejak kecil Kyai Utsman sudah memiliki banyak keistimewaan di antaranya beliau selalu tidak ada di rumah setelah maghrib dan baru pulang setelah jam 11 malam dengan badan yang penuh lumpur. Ternyata setelah diselidiki, beliau berada di sungai didekap oleh seekor buaya putih.

 

Bersama kakek beliau, Kyai Abdullah, selain kakek beliau tidak ada yang berani mendampingi beliau tidur, karena dari mata Kyai Utsman memancarkan sinar terang seakan-akan mau menembus langit.

 

Ketika berumur 6 sampai 7 tahun, pada suatu malam nampak banyak bintang-bintang turun dari langit seraya memancarkan sinarnya ke dekapan beliau. Sejak Kyai Utsman berumur 4 tahun, setiap jam 3 malam beliau keluar rumah menuju Masjid Jami' Sunan Ampel Surabaya diantar kakak beliau Nyai Khodijah utk membaca tarhim. Setiap beliau sampai di pintu gerbang masjid, beliau selalu disambut oleh banyak anak-anak kecil memakai kopiah putih, dan setelah beliau sampai di masjid anak-anak kecil tersebut hilang entah kemana dan baru muncul kembali sewaktu beliau pulang dari masjid sekitar jam 7 pagi utk mengantarkan beliau ke pintu gerbang dan setelah itu kembali menghilang.

 

Ketika berumur 13 tahun, Kyai Utman mulai mengalami kasyaf degan mampu melihat Ka'bah di Makkah secara jelas dari tempatnya berdiri. Bahkan kemudian Kyai Utsman mampu melihat perwujudan manusia menurut amalannya, ada yg berwujud anjing, babi, kera dan sebagainya.

 

Kyai Utsman menghabiskan masa kecilnya untuk mengaji kepada banyak ulama di sekitar lingkungan tempat tinggalnya. Pesantren pertama yang disinggahinya adalah pesantren yg diasuh oleh Kyai Khozin Siwalan Panji. Tidak lama kemudian Kyai Utsman pindah ke pesantren yang diasuh oleh Kyai Munir Jambu Madura, selanjutnya beliau mondok di Pesantren Tebuireng asuhan Hadhrarussyekh KH. Hasyim Asy'ari dan akhirnya Kyai Utsman memantapkan hatinya utk memperdalam ilmunya kpd KH. Romli Tamim Rejoso Peterongan.

 

Ketika Kyai Utsman menjadi santri di pesantren Rejoso, beliau sering dikunjungi oleh Nabi Khidir as, sehingga beliau melaporkan hal ini kepad Kyai Romli dan dijawab oleh Kyai Romli, "Mengapa tdk kau minta datang kemari Utsman."

 

Kyai Utsman pernah bermimpi berjumpa KH. Hasyim Asy'ari, dan Kyai Hasyim berpamitan kepada beliau dengan mengatakan, "Saya duluan ya Utsman." Dan keesokan harinya Kyai Utsman mendapat kabar kalau Kyai Hasyim meninggal dunia.

 

Pada suatu hari, Kyai Utsman dipanggil menghadap Kyai Romli pada jam 2 malam utk di bai'at menjadi mursyid Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah. Pada saat itu Kyai Utsman berkata, "Tidak kuat Kyai." Tetapi Kyai Romli tetap melaksanakan niatnya itu atas perintah Allah, kemudian beliau mengusapkan tangannya di atas kepala Kyai Utsman, seketika itu pula Kyai Utsman jatuh pingsan dan langsung jadzab.

 

Selama satu minggu Kyai Utsman mengalami jadzab, tidak makan, tidak minum, tidak tidur, tidak buang air besar dan air kecil serta tdk sholat. Wajah Kyai Utsman menjadi indah sekali bagaikan bulan purnama, tidak seorangpun berani menatap wajah indah Kyai Utsman yang penuh kharisma itu. Setelah satu minggu mengalami jadzab, Kyai Utsman berkata kepada Kyai Hasyim Bawean, "Nanti malam akan banyak sekali tamu-tamu yang datang, tidak perlu suguhan makanan atau minuman." Maka pada jam 8 malam, Kyai Utsman sudah siap menerima tamu dikamarnya, tidak lama kemudian sambil menghadap pintu beliau mengucapkan, "Wa 'alaikumussalaam, wa 'alaikumussalaam..." selama kurang lebih 5 menit dan nampak Kyai Utsman seperti menjabat tangan banyak orang sambil tertunduk takdzim.

 

"Mulai hari ini, saya ditetapkan sebagai mursyid langsung oleh Syekh Abdul Qodir Jailani dan Nabiyullah Khidir serta oleh para Masyayikh Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah. Dan sejak sekarang saya diidzinkan untuk membai'at," kata Kyai Utsman sambil menyerahkan sepucuk kertas kpd Kyai Hasyim Bawean. Dan ketika itulah Kyai Hasyim Bawean bergegas ke ndalem Kyai Romli untuk mengantarkan sepucuk kertas tadi. Dan Kyai Romli menemuinya di luar rumah seraya berkata, "Ada apa? Ada apa? Ada apa?" Ketika Kyai Romli membaca sepucuk kertas itu spontan beliau berkata, "Alhamdulillah, sekarang saya punya murid yang bisa menggantikan saya."

 

 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ushul Fiqh: pengertian amar dan nahi

Pengertian Dharuriyyat, Hajiyyat dan Tahsiniyyat

makalah : ijma' dan Qiyas fiqh ibadah