Pengertian Logika : Filsafat Pendidikan


Logika adalah Ilmu tentang berfikir secara rasional untuk mencari kebenaran. Bagian dari filsafat yang objek penyelidikannya adalah budi atau akal.
Budi adalah salah satu sifat yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa kepada manusia yang juga disebut sebagai hati nurani atau budi nurani. Budi nurani adalah pencerminan terbatas dari Tuhan Yang Maha Esa , maka dalam logika yang namanya Budi itu tidak hanya diselidiki tetapi juga sebagai alat.
Pengertian Logika Menurut Para Pakar:
Drs. Hasbullah. Bakry Menyatakan di dalam bukunya “Sistematika Filsafat” Logika adalah ilmu yang mengatur penelitian hukum-hukum akal manusia sehingga menyebabkan pikiran dapat mencapai kebenaran.
Logika ilmu yang mempelajari pekerjaan akal yang dipandang dari jurusan benar dan salah.
Logika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari aturan-aturan dan cara berfikir yang dapat menyampaikan manusia kepada kebenaran
Predjowiyatna, Yang dimaksud logika adalah Filsafat Budi yang mempelajari teknik berfikir untuk mengetahui bagaimana manusia berfikir dengan semestinya atau dengan seharusnya.
Fungsi budi disini salah satu sifat yang diberikan Tuhan YME untuk mencari kebenaran, Budi teknik berfikir, hati kecil.
Drs. Soemardi Soeryabrata
Logika adalah salah satu cabang filsafat, kata logika menunjukkan berbagai arti dalam filsafat dapat dibagi menjadi 6 arti pokok :
Logika sebagai ajaran berfikir;
Logika sebagai ajaran tentang pernyataan yang tertib dan jelas;
Logika sebagai ajaran ilmu pengetahuan;
Logika sebagai teknik ilmu pengetahuan;
Logika sebagai teori pengetahuan;
Logika sebagai metafisika akal;



B. Hubungan logika dengan ilmu-ilmu lainnya

1. Hubungan logika dengan Bahasa
Bahasa Dalam Logika
Bahasa adalah alat untuk menyampaikan isi hati atau pikiran seseorang sehingga dengan bahasa, orang lain dapat mengerti tentang isi hati atau pikiran yang disampaikan, misalnya melalui bahasa isyarat , tertulis atau lisan. Jadi bahasa adalah alat komunikasi. Komunikasi dapat lancar apabila permasalahannya disusun dalam bentuk kaidah bahasa yang baik dan benar. Ini dipelajari dalam ilmu bahasa (gramatika). Ilmu bahasa menyajikan kaidah penyusunan bahasa yang baik dan benar.
Dan logika meyajikan tata cata kaidah berpikir secara lurus dan benar / bisa disebut sebagai jembatan berfikir. Oleh karena itu, keduanya saling mengisi. Bahasa yang baik dan benar dalam praktik kehidupan sehari-hari hanya dapat tercipta apabila ada kebiasaan atau kemampuan dasar setiap orang untuk berpikir logis. Sebaliknya, suatu kemampuan berpikir logis tanpa memiliki pengetahuan bahasa yang baik maka ia tidak akan dapat menyampaikan isi pikiran itu kepada orang lain. Oleh sebab itu, logika sangat berhubungan erat dengan bahasa.
2. Hubungan dengan Ilmu Psikologi
Dalam Psikologi membicarakan perkembangan pikiran tentang pengalaman melalui proses subjektif di dalam jiwa. Dengan demikian, Psikologi memberikan keterangan mengenai sejarah perkembangan berfikir. Logika sebagai cabang filsafat bertujuan membimbing akal untuk berfikir (bagaimana seharusnya). Untuk dapat berfikir bagaimana seharusnya, kita terlebih dahulu harus mengetahui tentang bagaimana manusia itu berfikir. Di sinilah letak hubungan antara Psikologi dan Logika.
Logika berfungsi memikirkan segala sesuatu tentang jiwa manusia. Maka fungsi logika adalah untuk membahas proses yang berfikir dengan kejiwaan manusia.
Psikologi memberikan keterangan mengenai sejarah perkembangan berpikir.
Psikologi memberikan gambaran bagaimana manusia berpikir.
Sementara logika adalah cabang filsafat yang bertujuan membimbing akal untuk berpikir (bagaimana seharusnya).
Contoh Kasus: Anggota DPR adalah manusia
                        Koruptor kebanyakan anggota DPR
                        Hukuman bagi koruptor sangatlah ringan
Jadi: Anggota DPR melakukan korupsi karena hukumannya ringan.
3. Hubungan dengan Ilmu Metafisika
Metafisika adalah cabang filsafat yang mempelajari hakikat realitas. Hakikat realitas dapat dicari dan ditemukan di balik sesuatu yang tampak atau nyata. Oleh sebab itu, metafisika selalu mencari kebenaran/hakikat realitas di balik yang tampak dan nyata. Sikap seperti itu adalah kritis, yaitu sikap yang selalu ingin tahu dan membuktikan segala sesuatu yang sudah atau selalu dianggap benar. Teori dalm metafisika bahwa kenyataan kebenaran/hakikat realitas bukanlah apa yang tampak, tetapi apa yang berada di balik yang tampak.
Dalil-dalil, hukum dalam logika bagi metafisika buka apa yang telah dirumuskan yang menjadi hakikat kebenaran, tetapi apa yang ada di balik rumusan tersebut. Dengan demikian bagi logika, metafisika merupakan kritik terhadap dalil dan hukum-hukumnya. Semakin erat hubungan metafisika dengan logika, kebanran logis semakin dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, kebenaran lois mendekati pada hakikat realitas, semakin mampu berpikir logis, orang tidak mudah tertipu oleh kebenaran yang tampak (Iriyanto widisuseno, 1995).
4. Hubungan dengan Epistemologi (Dasar Pengetahuan)
Epistemologi (filsafat ilmu) adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan. Ia merupakan cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, sarana, metode atau cara memperoleh pengetahuan, validitas dan kebenaran pengetahuan. Perbedaan landasan ontologik menyebabkan perbedaan dalam menentukan metode yang dipilih dalam upaya memperoleh pengetahuan yang benar. Akal, akal budi, pengalaman, atau kombinasi akal dan pengalaman, intuisi, merupakan sarana mencari pengetahuan yang dimaksud dalam epistemologik, sehingga dikenal model‑model epistemologik seperti rasionalisme, empirisme, rasionalisme kritis, positivisme, fenomenologi dan sebagainya.
Jika seseorang ingin membuktikan kebenaran suatu pengetahuan maka cara, sikap, dan sarana yang digunakan untuk membangun pengetahuan tersebut harus benar. Apa yang diyakini atas dasar pemikiran mungkin saja tidak benar karena ada sesuatu di dalam nalar kita yang salah. Demikian pula apa yang kita yakini karena kita amati belum tentu benar karena penglihatan kita mungkin saja mengalami penyimpangan. Itulah sebabnya ilmu pengetahan selalu berubah-ubah dan berkembang. hubungan logika dengan epistemology adalah sama-sama dari cabang besar filsafat, yaitu teori pengetahuan. Epistemologi merupakan pengetahuan dari segi isinya, sedangkan logika merupakan kebenaran ditinjau dari segi bentuknya. Ini tertuang dalam cabang besar filsafat yaitu    :
a) Persoalan keberadaan atau eksistensi, yaitu metafisika.
b) Persoalan pengetahuan atau kebenaran, yaitu epistemology dan logika.
c) Persoalan nilai, yaitu etika dan estetika.

5. Hubungan Logika Dan Ilmu Agama
“Logika memberikan kepada kita cara berfikir yang benar dan logika juga memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan, sedangkan agama memberikan cinta, harapan dan kehangatan, agama juga mebawa pada revolusi spritual.
Setidaknya ada beberapa hubungan logika dan ilmu agama yaitu :
a) Unsur yang Baik
            Hubungan logika dan ilmu agama dari segi yang baik dalam arti logika memberikan     dukungan terhadap permasalahan agama, ini berkaitan dengan beberapa permasalahan diantaranya;
logika dapat berperan dalam proses pembentukan hukum ini berkaitan dengan ilmu ushul fiqh,
logika dapat membantu dalam proses perkembangan ilmu agama dalam memberikan pembaharuan dalam soal tafsir.
logika dapat berperan dalam proses pembentukan hukum ini berkaitan dengan ilmu ushul fiqh.Sebagaimana yang kita ketahui logika adalah alat analisis dalam proses berpikir, lantas pertanyannya adalah apa kegunaan logika dalam ilmu agama? Logika memiliki peran yang penting dalam penarikan kesimpulan yang dilaku oleh para ahli agama dari premis-premis atau kesimpulan yang ada dalam al-qur’an yang merupakan sumber dasar dari ahli agama,
 contohnya; dalam al-qur’an terdapat keterangan bahwa “khomer dan anggur itu haram”. Kata “khomer dan anggur itu haram” kata ini dalam logika ini namanya kesimpulan, kalau kata “khomer dan anggur itu haram” adalah kesimpulan, lalu premis mayor dan premis minornya kata apa? Ya tetunya kita buat premis manyor dan premis minornya. Karena alasan atau asbab al-nujul di haramkan khamer dan anggur itu memabukkan, jadi premis mayornya adalah “semuah yang memabukkan itu haram” dan premis minornya adalah “khamer dan anggur itu memabukkan”.
Premis Mayor : Semuah Yang Memabukkan Itu Haram
Premis Minornya : Khamer Dan Anggur Itu Memabukkan
Kesimpulanya : Khomer Dan Anggur Itu Haram
Ini merupakan contoh yang sederhana, yang menggambarkan pentingnya logika dalam hubungannya dengan ilmu agama dan masih sangat banyak peran logika dalam menganalisa kajian keagamaan. Keterangan-keterangan di atas merupakan contoh kecil dari kegunaan logika, masih banyak contoh-contoh yang lain, seperti dalam ilmu usul fiqh, ilmu hadis, kalam dan lain sebagainya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ushul Fiqh: pengertian amar dan nahi

Pengertian Dharuriyyat, Hajiyyat dan Tahsiniyyat

makalah : ijma' dan Qiyas fiqh ibadah