Pengertian Evaluasi

Kata evaluasi sering digunakan dalam pendidikan. Dalam konteks ini, evaluasi berarti penilaian atau pengukuran. Namun, banyak dari kita yang belum memahami secara tepat arti kata evaluasi, pengukuran, dan penilaian. Bahkan, banyak orang mengartikan ketiganya dengan satu pengertian yang sama. Hal ini karena orang hanya mengidentikkan kegiatan evaluasi sama dengan menilai. Karena biasanya, aktivitas mengukur sudah termasuk di dalamnya. Pengukuran, penilaian, dan evaluasi merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain,dan dalam pelaksanaannya harus dilakukan secara berurutan.

2. Prinsip-Prinsip Evaluasi.

Prinsip tidak lain adalah pernyataan yang mengandung kebenaran hampir sebagian besar, jika tidak dikatakan benar untuk semua kasus.

Keberadaan prinsip bagi seorang guru mempunyai arti penting, karena dengan memahami prinsip evaluasi dapat menjadi petunjuk atau keyakinan bagi dirinya atau guru lain guna merealisasi evaluasi dengan cara benar.Dalam bidang pendidikan, beberapa prinsip-prinsip evaluasi dapat dilihat seperti berikut ini:

a. Evaluasi harus masih dalam kisi-kisi kerja tujuan yang telah ditentukan.
b. Evaluasi sebaiknya dilaksanakan secara komprehensif.
c. Evaluasi diselenggarakan dalam proses yang kooperatif antara guru dan peserta didik.
d. Evaluasi dilaksanakan dalam proses kontinu.
e. Evaluasi harus peduli dan mempertimbangkan nilai-nilai yang berlaku.


Selanjutnya, tentang istilah evaluasi. Secara harfiah, evaluasi berasal dari Bahasa Inggris, yaitu “evaluation”Sedangkan dalam Bahasa Arab yakni “at- taqdir”yang berarti penilaian atau penaksiran . Berikut ini beberapa pengertianevaluasi dari para ahli:
a. Menurut Cross, evaluasi meruapakan proses yang menentukan kondisi, dimana suatu tujuan telah dapat dicapai. Definisi ini menerangkan secara langsung hubungan evaluasi dengan tujuan suatu kegiatan mengukur derajat, di mana suatu tujuan dapat dicapai. Sebenarnya, evaluasi juga merupakan proses memahami, memberi arti, mendapatkan, dan mengkomunikasikan suatu informasi bagi keperluan mengambil keputusan.

b. Stufflebeam, mendefinisikan evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan suatu alternatif keputusan.

c. Menurut Bloom, evaluasi adalah pengumpulan kenyataan secara sistematis untuk menetapkan apakah dalam kenyataannya terjadi perubahan dalam diri siswa dan menetapkan sejauh mana tingkat perubahan dalam pribadi siswa atau tidak.

Sedangkan menurut Anas Sudijono, evaluasi dapat dikatakan terlaksana dengan baik apabila dalam pelaksanaannya senantiasa berpegang pada tiga prinsip dasar berikut ini:

a. Prinsip Keseluruhan
Prinsip ini juga dikenal dengan istilah prinsip komprehensif. Dengan ini dimaksudkan di sini bahwa evaluasi dapat dikatakan terlaksana dengan baik apabila evaluasi tersebut dilaksanakan
secara bulat, utuh atau menyeluruh.

b. Prinsip Kesinambungan
Prinsip ini dikenal dengan istilah prinsip kontinuitas. Dengan prinsip ini dimaksudkan bahwa evaluasi yang baik adalah evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan secara teratur dan sambung menyambung dari waktu ke waktu.
c. Prinsip Obyektivitas
Prinsip ini mengandung makna bahwa evaluasi dapat dinyatakan sebagai evaluasi yang baik apabila dapat terlepas dari factor-faktor yang sifatnya subyektif.

3. Jenis Alat Evaluasi
Dalam pengertian umum, alat adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang untuk melakssanakan tugas atau mencapai tujuan agar secara efektif dan efisien. kata “Alat” biasa disebut juga denga istilah “instrumen”. Dengan demikian, maka alat evaluasi juga dikenal dengan instrumen evaluasi.
Untuk memperjelas pengertian pengertian “alat” atau “instrumen”, terapkan pada dua cara mengupas kelapa, yang satu menggunakan pisau parang, yang satu lagi tidak. tentu saja hasilnya akan lebih baik dan pekerjaannya berakhir lebih cepat dibanding dengan cara yang pertama. dalam kegiatan evaluasi, fungsi alat juga untuk memperoleh hasil yang lebih baik sesuai dengan kenyataan yang dievaluasi. Contoh, jika yang dievaluasi seberapa siswa mampu mengingat nama kota atau sungai, hasil evaluasinya berupa berapa banyak siswa dapat menyebutkan nama kota dan sungai yang diingat. Dengan pengertian tersebut, maka alat evaluasi dikatakan baik apabila mampu mengevaluasi sesuatu yang dievaluasi dengan hasil seperti keadaan yang dievaluasi. Pada umumnya alat evaluasi dibedakan menjadi dua jenis, yakni tes dan non tes.
Kedua jenis ini dapat digunakan untuk menilai ketiga sasaran penilaian yang dikemukakan diatas. Agar para guru mengetahui dan trampil dalam mengadakan penilaian, dibawah ini dibahas secara umum mengenai kedua jenis alat penilaian. Dilihat dari faktor validitas dan reliabilitasnya.


1. Tess
Amir Daien Indra Kususma (1998: 27), menegaskan bahwa: Tes adalah suatu alat
atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang
diingikna tentang seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan cepat.
Tes juga dapat diartikan sebagai berikut:

a. Tes adalah suatu alat pengumpul data yang bersifat resmi karena penuh dengan batasan-batasan.
b. Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Namun tes juga dapat digunakan untuk menilai hasil belajar bidang afektif dan psikomotoris.
 Dilihat dari segi bentuknya, tes ini ada yang diberikan:
a. Tes secara lisan (menuntut jawaban secara lisan),
b. Tes tulisan (menuntut jawaban secara tulisan),
c. Tes tindakan (menuntut jawaban dalam bentuk perbuatan).
d. Soal-soal tes ada yang disusun dalam bentuk objektif, ada juga yang dalam bentuk esai atau uraian. Jenis tes tersebut biasanya digunakan untuk menilai isi pendidikan, misalnya aspek pengetahuan, kecakapan, ketrampilan, dan pemahaman pelajaran yang telah diberikan oleh guru.

2.Non-Tes
Alat evaluasi jenis non-tes ini antara lain :
a. Observasi.
b. Wawancara.
c. Studi kasus.
d. Rating scale (skala penilaian).
e. Check list.
f. Inventory.


Syarat menyusun alat penilaian membuat pertanyaan tes (alat evaluasi) tidak mudah, sebab tes atau pertanyaan merupakan alat untuk melihat perubahan kemampuan dan tingkah laku siswa setelah ia menerima pengajaran dari guru atau pengajaran disekolah. Alat evaluasi yang salah, akan menggambarkan kemampuan dan tingkah laku yang salah pula. Oleh karena itu teknik penyusunan alat evaluasi penting
dipertimbangkan agar memperoleh hasil, yang objektif.Beberapa syarat dan petunjuk yang perlu diperhatikan dalam menyusun alat evaluasi, ialah :
a) Harus menetapkan dulu segi-segi apa yang dilakukan dinilai, sehingga betul-betul terbatas serta      dapat member petunjuk bagaimana dan dengan alat apa segi tersebut dapat kita nilai.
b) Herus menetapkan alat evaluasi yang betul-betul valid dan relaibel, artinya taraf
ketepatan dan ketatapan tes sesuai dengan aspek yang akan dinilai.
c) Penilaian harus objektif, artinya menilai prestasi siswa sebagaimana adanya.
d) Hasil penilaian tersebut harus betul-betul diolah dengan teliti sehingga dapat ditafsirkan berdasarkan criteria yang berlaku.
e) Alat evaluasi yang dibuat hendaknya mengandung unsure diagnosis, artinya dapat dijadikan bahan untuk mencari kelemahan siswa belajar dan guru mengajar.

Beberapa hal yang ha
penilaian, antara lain:
1) Pcara berlanjut, artinya setiap saat diadakan penilaian sehingga diperoleh suatu gambaran yang objektif mengenai kemajuan siswa.
2) Dalam proses mengajar dan belajar penilaian dapat dilaksankan.
3) Penilaian dilaksanakan bukan hanya didalam kelas tetapi juga diluar kelas, bukanhanya pada waktu proses belajar tapi juga diluar proses belajar, lebih-lebih aspek tingkah laku.
4) Untuk memperoleh gambaran objektif, penilaian jangan hanya tes tetapi perlu digunakan jenis non-tes.Dalam menggunakan alat tersbut, evaluator menggunakan cara atau teknik, dan oleh karena itu dikenal dengan tekhnik evaluasi.


4. Sumber data untuk pengukuran

Sumber data untuk pengukuran hasil pembelajaran yaitu:
a. Berasal dari catatan guru/pendidik yang selalu mengamati;
b. Perkembangan belajar siswa/peserta didik selama proses belajar mengajar;
c. Sikap dari peserta didik tersebut selama belajar di sekolah. Maka dari itu Guru diwajibkan untuk mengetahui perkembangan siswanya agar kegiatan belajar mengajar berjalan dengan lancar. Karena dengan mengetahui kemampuan setiap siswa, maka guru dapat menentukan cara pembeljaran yang efektif sesuai dengan tingkat kemampuan siswa/peserta didik.

a. Penilaian dan Motivasi Belajar Siswa
Motivasi tingkat individu, terdapat komponen penting dari belajar dan penting bagi para guru untuk memahami motivasi para murid yang terkait dengan penilaian, harga diri dan umpan balik.
Black, (1998), mengutip penelitian Sylva (1994), bahwa anak-anak pada dasarnya tergolong ke dalam dua kategori, yaitu: Anak yang cakap, dan Anak yang kurang cakap;

1) Karakteristik anak yang cakap, yaitu:
(a) Termotivasi oleh keinginan untuk belajar
(b) Menghadapi tugas yang sulit dengan cara yang fleksibel dan reflektif
(c) Percaya akan berhasil, percaya bahwa mereka dapat melakukannya jika mereka berusaha
(d) Percaya bahwa kecerdasan dapat ditingkatkan
(e) Jika melihat anak lain bekerja keras, mereka tertarik.

2) Karakteristik anak yang kurang cakap yaitu:
(b) Memiliki motivasi yang biasa-biasa saja
(c) Tampaknya menerima bahwa mereka akan gagal karena mereka tidak cukup cerdas
(d) Percaya bahwa jika sesuatu akan terlalu sulit, tak ada yang bias mereka lakukan
(e) Cenderung menghindari tantangan
(f) Tidak percaya mereka dapat meningkatkan kecerdasan mereka. Sedangkan pendapat yang menguatkan hasil pendapat Sylva tersebut.
Namun kontek yang berbeda adalah muncul dari Collin Rogers (1994), menyatakan, bahwa para pelajar dapat digolongkan dalam tiga jenis motivasi, yaitu:
1) Murid yang berorientasi “penguasaan” secara intrinsik tertarik untuk “tahu” akan termotivasi untuk belajar dan akan mengembangkan strategi-strategi yang membantu mereka untuk melakukan hal tersebut.
2) Murid yang berorientasi “kinerja” Murid yang berorientasi kinerja peduli dengan tugas dan lebih peduli dengan tampak baik-baik saja, jadi meningkatkan harga diri mereka. Hal ini dapat mengurangi motivasi mereka dalam keadaan tertentu dan karena itulah mereka tidak ingin terlihat gagal.Keputusan yang dipelajari.
3) Karakteristik siswa adalah aspek-aspek atau kualitas perseorangan siswa seperti bakat, motivasi dan hasil belajar yang telah dimiliki. Karakter siswa yang bermacam-macam menuntut guru untuk membuat strategi dalam pembelajaran dan pengelolaan pembelajaran. Bagaimanapun juga, pada tingkat tertentu, mungkin sekali suatu variable kondisi akan mempengaruhi setiap variable metode, disamping pengaruh utamanya pada strategi pengelolaan pembelajaran.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ushul Fiqh: pengertian amar dan nahi

Pengertian Dharuriyyat, Hajiyyat dan Tahsiniyyat

Makalah : Fiqih Muamalah Ju’alah ( Pemberian Upah )