Pendidik dan akhlak sebagai misi utama nabi muhammad SAW
Misi pendidikan Islam zaman Rasulullah
Saw antara lain:
- Mendorong
timbulnya kesadaran umat manusia agar mau melakukan kegiatan belajar dan
mengajar
Hal ini sejalan dengan firman Allah
sebagai berikut:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu
yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah,
dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran
kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”
Perintah membaca
sebagaimana terdapat pada ayat tersebut sungguh mengejutkan untuk masyarakat
Arab saat itu, karena membaca belum menjadi budaya mereka. Budaya mereka ialah
menghafal, yakni manghafal syair-syair yang di dalamnya memberikan ajaran yang
harus mereka jalani. Membaca dalam ayat tersebut selain berarti menghimpun atau
mengumpulkan informasi dengan melihat huruf-huruf, kata-kata dan kalimat dalam
sebuah buku atau referensi lainnya, juga mencakup pula meneliti, mengamati,
mengidentifikasi, mengklasifikasi, mengategorisasi, menyimpulkan, dan
memverifikasi. Dengan membaca ini timbullah kegiatan penggalian dan
pengembangan ilmu pengetahuan dan peradaban yang membawa kemajuan bangsa.
- Melaksanakan
kegiatan belajar mengajar sepanjang hayat
Hal ini sejalan dengan hadits Rasulullah
Saw, yaitu:
“Tuntutlah ilmu mulai dari buaian hingga
ke liang lahat.”
Hadits tersebut mengandung isyarat
tentang konsep belajar seumur hidup, yaitu belajar dan mengajar tidak hanya
terbatas pada ruang kelas saja, melainkan di mana saja dan pada berbagai
kesempatan. Hal ini sejalan dengan konsep pendidikan integrated, yaitu belajar
dan mengajar yang menyatu dengan berbagai kegiatan yang ada di masyarakat.
- Melaksanakan
program wajib belajar
Hal ini sejalan dengan sabda Rasulullah
Saw, yaitu:
Dari Abu Hurairah,
Rasulullah Saw bersabda, “Menuntut ilmu wajib bagi setiap orang muslim.” (HR.
Ibnu Majah).
Kata ilmu sebagaimana
terdapat dalam hadits tersebut adalah pengetahuan yang telah didukung oleh data
dan fakta yang shahih dan disusun berdasarkan metode ilmiah, yaitu metode yang
sistematis, objektif, komprehensif, dan rasional.
- Melaksanakan
program Pendidikan Anak Usia Dini
Program pendidikan anak
usia dini ini berdasarkan pada hadits dan isyarat Rasulullah Saw yang terkait
dengan membangun rumah tangga, serta berbagai kewajiban orang tua terhadap
anaknya. Rasulullah Saw misalnya menganjurkan agar seorang pria memilih wanita
calon istri yang taat beragama, shalehah, dan berakhlak mulia. Menikahi sesuai
dengan tuntunan agama dan menggaulinya dengan cara yang makruf, yaitu etis,
sopan, dan saling mencintai dan manyayanginya.
Hal ini sejalan dengan berfirman firman
Allah berikut:
“Alif, laam raa. (Ini
adalah) kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari
gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu)
menuju jalan Tuhan yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.”
- Memberantas
sikap Jahiliyah
Sikap jahiliyah juga
dapat dilihat dari pola pikir mereka yang mengangap benda-benda keduniaan yang
tidak kekal sebagai sesuatu yang dipuja-puja dan diagungkan, bahkan
dipertahankannya walau pun harus mengorbankan jiwa, raga, memutuskan tali
kekeluargaan, bahkan menolak kebenaran yang dibawa oleh Rasulullah Saw. Dengan
demikian, makna jahiliyah bukan berarti bodoh dalam arti idiot, melainkan bodoh
dalam arti memilih pola pikir yang keliru. Yaitu lebih memilih harta, takhta,
dan kasta, dari pada kebenaran yang akan menyelamatkan kehidupannya di dunia
dan akhirat.
- Menyelamatkan
manusia dari tepi jurang kehancuran yang disebabkan karena pertikaian
Ketika Islam datang,
keadaan dunia seperti baru saja dilanda ‘gempa’ dan ‘tsunami’. Kehidupan mereka
dalam bidang sosial, ditandai oleh adanya kelompok suku, kabilah, dan etnis
yang antara satu dan lainnya tidak bersatu dan sering berperang. Dalam bidang
politik, ditandai oleh kekuasaan otoriter dan diktator yang didasarkan pada
ketinggian dalam bidang harta, tahta, dan kasta. Dalam ekonomi, ditandai oleh
praktek riba, monopoli, rentenir, saling menipu satu sama lain. Dalam bidang
budaya, ditandai oleh budaya yang memuaskan hawa nafsu. Dalam bidang pendidikan
dan ilmu pengetahuan, ditandai oleh keterbatasan dan monopoli kaum elite.
Pendidikan dan ilmu pengetahuan hanya milik kaum elite, sedangkan rakyat pada umumnya
dibiarkan dalam keadaan bodoh. Dalam bidang agama, ditandai oleh praktek syirik
memuja selain Allah.
- Melakukan
pencerahan batin kepada manusia agar sehat rohani dan jasmaninya
Hal ini sejalan dengan firman Allah
berikut ini:
“Dan Kami turunkan dari
al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman
dan al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain
kerugian.”
Ayat tersebut berbicara
tentang salah satu misi Rasulullah Saw yang terkandung dalam al Qur’an, yaitu
memperbaiki mental dan pola pikir (mindset) masyarakat, sebagai modal utama
bagi perbaikan di bidang lain. Islam mengingatkan bahwa antara jiwa dan raga
memiliki hubungan fungsional simbiotik, yaitu saling menopang dan mempengaruhi.
Jiwa yang sehat akan mempengaruhi fisik, dan fisik yang sehat akan mempengaruhi
jiwa.
- Mengangkat
harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang paling sempurna di muka
bumi
Hal ini sejalan dengan firman Allah
berikut ini:
“Dan Sesungguhnya telah
Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami
beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan
yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.”
Ayat tersebut
mengingatkan bahwa manusia diciptakan dalam struktur fisik dan psikis yang
lengkap dan sempurna. Manusia memiliki pancaindra yang lengkap, serasi, dan
proporsional letaknya. Manusia memiliki akal (kemampuan berpikir), hati nurani,
kecerdasan, bakat, minat, perasaan sosial, dan sebagainya. Dengan kelengkapan
jasmani dan rohani inilah, manusia dapat mengerjakan tugas-tugas yang berat,
menciptakan kebudayaan dan peradaban, menguasai daratan, lautan dan udara, dan
sebagainya. Semua ini terjadi jika berbagai potensi manusia tersebut dibina dan
dikembangkan melalui pendidikan.
Tujuan Pendidikan Islam Rasulullah Saw
Manusia yang berakhlak
mulia harus menjadi sasaran proses pendidikan Islam karena itulah juga sebagai
tujuan utama pendidikan Islam Rasulullah Saw. Berkenaan dengan akhlak mulia
sebagai tujuan pendidikan dapat dilihat dari ayat dan hadits-hadits berikut
ini:
“Dan sesungguhnya kamu
(Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung.”
Abu Hurairah
meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya aku diutus untuk
menyempurnakan kemuliaan akhlak.”
Jabir bin Abdullah
berkata, Rasulullah Saw berkata: “Sesungguhnya Allah mengutusku dengan tugas
membina kesempurnaan akhlak dan kebaikan pekerjaan.”
Abdullah bin Amr,
berkata bahwa Rasulullah Saw bukan seorang yang keji dan bukan pula bersikap
keji. Beliau bersabda, “Sesungguhnya yang terbaik di antara kamu adalah yang
paling baik akhlaknya.”
Berdasarkan ayat dan
hadits-hadits di atas menunjukkan dengan tegas bahwa tujuan utama pendidikan
Rasulullah Saw adalah memperbaiki akhlak
manusia. Beliau melaksanakan tujuan tersebut dengan cara menghiasi dirinya
dengan berbagai akhlak yang mulia dan menganjurkan agar umatnya senantiasa
menerapkan akhlak tersebut dalam kehidupannya sehari-hari. Bahkan secara tegas,
beliau menyatakan bahwa kualitas iman seseorang itu dapat diukur dengan akhlak
yang ditampilkannya. Itu berarti bahwa semakin bagus kualitas iman seseorang
akan semakin baik pula akhlaknya. Dengan kata lain, akhlak seseorang yang jelek merupakan
pertanda bahwa imannya tidak bagus.
Bila tujuan utama Rasulullah
Saw adalah menyempurnakan kemuliaan
akhlak, maka proses pendidikan
seyogianya diarahkan menuju terbentuknya pribadi dan umat yang berakhlak
mulia. Hal ini sesuai dengan penegasan Allah bahwa Nabi Muhammad Saw adalah
teladan utama bagi umat manusia. Untuk mencapai hal itu, akhlak mulia harus
ditegaskan dalam formulasi tujuan pendidikan.
Islam sebagai agama
yang seimbang, mengajarkan bahwa setiap usaha yang dilakukan manusia tidak
hanya melibatkan peran manusia semata, melainkan juga melibatkan peran Tuhan.
Nabi Muhammad Saw menggambarkan proses pendidikan seperti sebuah kegiatan
bertani. Jika seorang petani ingin mendapatkan hasil pertanian yang baik, maka
ia harus menyiapkan lahan yang subur dan gembur, udara dan cuaca yang tepat,
air dan pupuk yang cukup, bibit yang unggul, cara menanam yang benar,
pemeliharaan dan perawatan tanaman yang benar dan intensif, waktu dan masa
tanam yang tepat dan cukup. Namun meski berbagai usaha tersebut telah
dilakukan, tetapi belum dapat menjamin seratus persen bahwa hasil pertanian
tersebut akan berhasil dengan baik.
Tanah yang subur dan
gembur serta bibit yang unggul dapat digambarkan seperti bakat dan potensi
peserta didik yang bersifat internal. Adapun cara menanam yang benar,
pemeliharaan dan perawatan yang tepat dan intensif dan pemberian pupuk yang
cukup dapat digambarkan seperti usaha dan program pendidikan yang dilakukan
oleh sekolah dan guru. Adapun keberhasilan pertanian menggambarkan peranan
Tuhan. Dengan demikian, maka pendidikan Islam menganut paham teo-anthropo
centris, yaitu memusatkan pada perpaduan antara kehendak Tuhan dan usaha
manusia.
Komentar
Posting Komentar