Metode Sosiodrama
Metode Sosiodrama
Sosio drama berasal dari kata “sosio” yang artinya masyarakat, dan “Drama” yang artinya keadaan orang atau peristiwa yang dialami orang, sifat dan tingkah lakunya, hubungan seseorang dengan orang lain dan sebagainya .
Bermain peran artinya memegang fungsi. Sosiodrama, dan bermain peranan dapat dipakaikan sebagai suatu metode dalam mengajar.
Metode sosiodrama merupakan metode pembelajaran yang menekankan pada permainan peranan untuk memecahkan masalah social yang timbul dalam hubungan antar manusia. Konflik-konflik yang tidak mendalam yang tidak menyangkut gangguan keperibadian. Misalnya pertentangan antar kelompok. Sebaya dan perbedaan nilai individu dengan nilai lingkungan . (Romlah, 2011).
Dengan demikian metode sosiodrama dan bermain peranan ialah penyajian bahan dengan cara memperlihatkan peragaan, baik dalam bentuk uraian maupun kenyataan. Semuanya berbentuk tingkah laku dalam hubungan sosio yang kemudian diminta beberapa orang peserta didik untuk memerankannya.
Jadi kedua metode itu sejalan atau sekali lalu dan karenanya biasa disebut dengan metode sosiodrama saja. Metode ini sebagai prinsip dasarnya terdapat di dalam Al-Qur’an, dan dimana terjadinya suatu drama yang sangat mengesankan antara Qabil dan Habil. Firman Allah SWT.
Terdapat dalam ayat Al-Qur’an tepatnya pada surat Al-Maidah ( 5 ) ayat 27-31, menceritakan drama yang sangat mengesankan antara Qobil dan Habil.
ﻭﺍﺗﻠ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﻧﺑﺎ ﺍﺑﻧﻲ ﺍﺩﻡ ﺍﻗﺮﺑﺎ ﻗﺮ ﺑﺎ ﻧﺎ ﻑﺘﻘﺒﻞ ﻣﻦ ﺍﺣﺪ ﻫﻤﺎ ﻭ ﻟﻢ ﻳﺘﻘﺒﻞ ﻣﻦ ﺍﻻﺧﺮ ۗ ﻗﺎ ﻝﻻﻗﺘﻠﻨﻚ ۗ ﻗﺎ ﻝﺍﻧﻤﺎ ﻳﺘﻘﺒﻞ ﺍﷲ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺘﻘﻳﻦ ﴿۲۷﴾ ﻟﮨﻦ ﺑﺴﻄﺖ ﺍﻟﭓﭓ ﻳﺪ ﻙ ﻟﺘﻘﺘﻠﻨﭓ ﻣﺎ ﺍﻧﺎﺑﺒﺎ ﺳﻂ ﻳﺪ ﻱ ﺍ ﻟﻴﻚ ﻻ ﻗﺘﻠﻚ ۚ ﺍﻧﭓ ﺍ ﺧﺎ ﻑ ﺍﷲ ﺭ ﺏ ﺏﺍﻟﻌﻠﻤﻴﻦ ﴿۲۸﴾ ﺍﻧﭓ ﺍ ﺭ ﻳﺪ ﺍﻥ ﺗﺒﻮ ء ﺑﺎ ﺛﻤﭓ ﻭ ﺍ ﺛﻤﻚ ﻓﺘﻜﻮ ﻥ ﻣﻥ ﺍﺻﺤﺐ ﺍﻟﻨﺎ ﺭ ۚ ﻭ ﺫ ﻟﻚ ﺟﺰ ﺍﺅ ﺍﺍ ﻟﻈﻠﻤﭕﻦ ﴿٢٩﴾ ﻓﻄﻮ ﻋﺖ ﻟﻪ ﻧﻔﺴﻪ ﻗﺘﻞ ﺍﺧﻴﻪ ﻓﻘﺘﻠﻪ ﻓﺎ ﺻﺒﺢ ﻣﻦ ﺍ ﻟﺨﺴﺮ ﻳﻦ ﴿۳۰﴾ ﻓﺒﻌﺚ ﺚﺍﷲ ﻏﺮﺍ ﺑﺎ ﻳﺒﺤﺚ ﻓﻰ ﺍﻻﺭ ﺽ ﻟﻴﺮ ﻳﻪ ﻛﻴﻒ ﻳﻮﺍ ﻱ ﺳﻮ ﺍﺓﺍﺧﻴﻪ ۗ ﻗﺎ ﻳﻮ ﻳﻠﺘﻲ ﺍﻋﺠﺰ ﺕ ﺍﻥ ﺍ ﻛﻮ ﻥ ﻣﺜﻞ ﻫﺬﺍﺍﻟﻐﺮﺍﺏ ﻓﺎﻭﺍ ﺮ ﻱﺳﻮ ﻮﺍﺓﺍﺟﭒ ۚ ﻓﺎﺻﺒﺢ ﻣﻦ ﺍﻟﻨﺪ ﻣﻴﻦ ﴿۳۱﴾
Artinya: (27) Ceritakanlah kepadaku mereka kisah kedua kisah putera Adam (Qobil dan Habil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qobil). Ia berkata (Qobil) : “aku pasti membunuhmu”. Berkata Habil : “Sesunguhnya Allah hanya menerima (qurban dari orang-orang yang bertaqwa)”.(28) Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku. Aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu, sesungguhnya aku takut kepada Allah”. (29) “Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh) ku dan dosamu sendiri maka kamu akan menjadi penghuni neraka. Dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang dzalim”. (30) Maka hawa nafsu Qobil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah maka jadilah ia seorang diantara orang-orang yang merugi. (31) Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali dibumi untuk memperlihatkannya kepadanya (Qobil) bagaimana ia seharusnya menguburkan mayat saudaranya, berkata Qobil : “Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini ? Karena itu jadilah dia seorang diantara orang-orang yang menyesal diri. (QS.Al- Maidah: 27-31).
Kemudian pada ayat berikutnya tuhan menyimpulkan pelajaran di atas sebagai berikut : Oleh karena itu kami wajibkan atas bani israil, barang siapa yang membunuh orang bukan karena orang itu bersalah atau berbuat kerusakan di muka bumi ini, seolah-olah ia telah membunuh manusia semuanya. Dan barang siapa memelihara hidup seseorang maka seolah-olah ia memelihara hidup manusia semua dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul kami dengan membawa keterangan-keterangan, kemudian bahwa sesungguhnya kebanyakan dari mereka sesudah itu melewati batas di atas bumi. (QS. Al-Maidah : 31).
B. Kewajaran metode sosiodrama.
Metode sosiodrama wajar digunakan dalam rangka mencapai tujuan-tujuan yang mengandung sifat-sifat sebagai berikut :
1. Memahami perasaan orang lain.
2. Membagi pertanggung jawab dan memikulnya.
3. Menghargai pendapat orang lain.
4. Mengambil keputusan dalam kelompok.
5. Membantu penyesuaian diri dan kelompok.
6. Memperbaiki hubungan social.
7. Mengenali nilai-nilai dan sikap-sikap.
8. Menanggulangi atau memperbaiki sikap-sikap salah.
C. Keuntungan-keuntungan/ kebaikan-kebaikan yang diperoleh dengan melaksanakan metode sosiodrama.
1. Untuk mengajar peserta didik supaya ia bisa menempatkan dirinya dengan orang lain.
Dengan sosiodrama setiap perserta didik diberi tugas menerangkan hal-hal yang sesuai dengan kemampuannya. Sehingga dalam pelaksanaan tersebut setiap anak merasa bertanggung jawab terhadap pelaksanaannya.
Dan pelaksanaan sosiodrama selalu sangkut-menyangkut antara satu perserta didik dengan perserta didik yang lain sehingga dengan cara yang demikian perserta didik akan merasakan bagimana perasaan orang lain yang betul-betul merasakan sesuai dengan yang diperankan.
2. Guru dapat melihat kenyataan yang sebenernya dari kemampuan perserta didik.
Kalau dalam belajar kadang-kadang guru hanya mengetahui kemampuan perserta didik dengan jalan observasi saja, sehingga guru tidak bisa melihat dengan sebenernya sampai dimana kemampuan perserta didik dalam memainkan peranan yang dipegangnya.
3. Sosiodrama dan permainan peranan menimbulkan diskusi yang hidup.
Sesudah permainan peranan dilaksanakan, ini akan menimbulkan diskusi yang hidup. Bukan saja bagi pemainan peranan tapi juga bagi penonton. Terutama sekali kalau yang diperankan itu maslaah menarik bagi perserta didik atau masalah yang hangat dibicarakan. Penonton yang selalu mengikuti permainan peranan bukan saja pasif menerima apa yang diperankan oleh pemain-pemainnya tapi juga mereka akan melakukan kritik dan saran terhadap kekurangan yang ditemui dalam semua peranan yang dimainkan.
4. Peserta didik akan mengerti social psychologis.
Dalam sosiodrama peserta didik tentunya akan berhadapan dengan masalah yang berhubungan dengan kehidupan manusia. Tentu saja dalam pelaksanaannya peserta didik akan memecahkan masalah masalah yang ada hubungannya sesame manusia tersebut. Apakah latar belakang kejadian tersebut. Bagaimana cara mengatasinya dan sebagainya.
5. Metode sosiodrama dapat menarik minat peserta didik.
Bukan saja karena metode ini merupakan metode yang baru, tapi juga dalam metode ini peserta didik akan dapat menemui bermacam-mavam pengalaman yang berguna dalam kehidupan mereka sehari-hari.
6. Melatih peserta didik untuk berinisiatif dan berkreasi.
Dalam metode ini murid-peserta didik dituntut mengeluarkan pendapatnya pada waktu menyelesaikan drama, dan disamping itu mereka juga dapat mengembangkan daya fantasinya dalam peran yang diinginkannya .
D. Kelemahan-kelemahan/kekurangan-kekurangan metode sosiodrama adalah sebagai berikut :
1. Sukar untuk memilih anak-anak yang betul betul berwatak untuk memecahkan masalah tersebut.
2. Perbedaan adat istiadat kebiasaan dan kehidupan-kehidupan dalam suatu masyarakat akan mempersulit pelaksanaanya.
3. Anak-anak yang tidak mendapatkan giliran akan menjadi pasif.
4. Kalau metode ini dipakainya untuk tujuan yang tidak layak.
5. Kalau pendidik kurang bijaksana tujuan yang dicapai tidak memuasakan.
E. Langkah-langkah sosiodrama
Pelaksanaan sosiodrama dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
1. Persiapan
Mempersiapkan masalah situasi hubungan social yang akan diperagakan atau pemilihan tema cerita. Pada kesempatan ini pula menjelaskan mengenai peranan-peranan yang dimainkan, pelaksanaan sosiodrama/peran dan tugas-tugas bagi mereka yang tidak ikut berperan (penonton).
2. Penentuan pelaku atau pemeranan.
Setelah mengemukakkan tema cerita serta memberi dorongan kepada peserta didik untuk bermain peranan, maka diadakanlah penemuan para pelaku dan menjelaskan bilamana dan betapa harus memulai melakukan peran, para pelaku diberi petunjuk atau contoh sederhana agar mereka siap mental.
3. Permainan sosiodrama.
Para pelaku memainkan peranya sesuai dengan imaginasi atau daya tangkap masing masing, sampai pada suatu klimaks tertentu atau suatu titik kulminasi (puncak) perdebatan yang hangat.
4. Diskusi
Permainan dihentikan, para pemeran dipersilahkan duduk kembali, kemudian dilanjutkan dengan diskusi dibawah pimpinan pendidik yang diikuti oleh semua peserta didik (kelas). Diskusi berkisar pada tingkah laku para pemeran dalam hubungannya dengan tema cerita, sehingga terhadirlah suatu pembicaraan berupa tanggapan , pendapat dan beberapa kesimpulan.
5. Ulangan permainan (evaluasi).
Setelah diskusi selesai dilakukan ulangan permainan atau bermain peranan ulangan dengan memperhatikkan pendapat, saran-saran atau kesimpulan-kesimpulan yang diperoleh dari hasil diskusi.
F. Hal-hal yang patut diperhatikan dalam pelaksanaan sosiodrama.
1. Masalah yang dijadikkan tema cerita hendaknya dialami oleh sebagian besar peserta didik.
2. Penentuan pameran hendaknya secara sukarela dan motivasi dari pendidik.
3. Jangan terlalu banyak “disutradarai”, biarkan peserta didik mengembangkan kreatifitas dan spontanitas mereka.
4. Diskusi diarahkan kepada penyelesaian akhir (tujuan), bukan kepada baik atau tidaknya seseorang peserta didik berperan.
5. Kesimpulan diskusi dapat diresumekan oleh pendidik.
6. Sosiodrama bukanlah sandiwara atau drama biasa, melainkan merupakan peranan situasi social yang ekspresif dan hanya dimainkan satu babak saja.
G. Bentuk-bentuk Dramatisasi.
Terdapat beberapada bentuk dramatisasi yang dapat digunakan dalam pembelajaran diantaranya :
1. Permainan bebas.
2. Melakonkan suatu cerita
3. Sandiwara boneka dan wayang.
H. Contoh aplikasi metode sosiodrama.
GURU SISWA
• Menentukkan tema yang akan dimainkan melalui sosiodrama, missal tentang tema hubungan social sikap seorang anak yang menghadapi orang tuannya yang melakukan maksiat. • Membagi diri dalam kelompok pemain, kelompok peserta.
• Membagi kelas menjadi kelompok pemain dan kelompok peserta. • Kelompok pemain membuat scenario cerita yang akan dimainkan. Dan mempelajari skenario.
• Menentukkan para pemain sesuai dengan tema yang akan dimainkan, missal : tokoh ulama, ustadz, orangtua, dan peran pembantu. • Menentukan para pemain sesuai dengan skenario yang telah dibuat.
Dalam konteks pembelajaran pendidikan agama islam, metode sosiodrama bisa digunakan dalam pelajaran Akhlakul karimah dan sejarah islam. Sebagai contoh, dalam mengajarkan tema “birrul walidain” (berbuat baik kepada orangtua) seseorang guru agama bisa membuat metode sosiodrama sebagai metode untuk menyampaikan materi tersebut.
Pertama kali, guru agama menentukan tema besar tentang birrul walidain, selanjutnya guru memberikan contoh kasus adanya pertentangan pendapat antara anak dengan orangtuanya, bahkan tidak jarang terjadi kontak fisik yang tidak diinginkan. Setelah itu, guru meminta sekelompok sisiwa membuat skenario untuk ditampilkan pada pertemuan selanjutnya.
Melalui tampilan yang dilakukan sekelompok siswa, kelompok lain diharapkan memberikan komentar dan tanggapan terhadap tampilan temannya serta memberikan makna terhadap tema yang ditampilkan .
Sosio drama berasal dari kata “sosio” yang artinya masyarakat, dan “Drama” yang artinya keadaan orang atau peristiwa yang dialami orang, sifat dan tingkah lakunya, hubungan seseorang dengan orang lain dan sebagainya .
Bermain peran artinya memegang fungsi. Sosiodrama, dan bermain peranan dapat dipakaikan sebagai suatu metode dalam mengajar.
Metode sosiodrama merupakan metode pembelajaran yang menekankan pada permainan peranan untuk memecahkan masalah social yang timbul dalam hubungan antar manusia. Konflik-konflik yang tidak mendalam yang tidak menyangkut gangguan keperibadian. Misalnya pertentangan antar kelompok. Sebaya dan perbedaan nilai individu dengan nilai lingkungan . (Romlah, 2011).
Dengan demikian metode sosiodrama dan bermain peranan ialah penyajian bahan dengan cara memperlihatkan peragaan, baik dalam bentuk uraian maupun kenyataan. Semuanya berbentuk tingkah laku dalam hubungan sosio yang kemudian diminta beberapa orang peserta didik untuk memerankannya.
Jadi kedua metode itu sejalan atau sekali lalu dan karenanya biasa disebut dengan metode sosiodrama saja. Metode ini sebagai prinsip dasarnya terdapat di dalam Al-Qur’an, dan dimana terjadinya suatu drama yang sangat mengesankan antara Qabil dan Habil. Firman Allah SWT.
Terdapat dalam ayat Al-Qur’an tepatnya pada surat Al-Maidah ( 5 ) ayat 27-31, menceritakan drama yang sangat mengesankan antara Qobil dan Habil.
ﻭﺍﺗﻠ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﻧﺑﺎ ﺍﺑﻧﻲ ﺍﺩﻡ ﺍﻗﺮﺑﺎ ﻗﺮ ﺑﺎ ﻧﺎ ﻑﺘﻘﺒﻞ ﻣﻦ ﺍﺣﺪ ﻫﻤﺎ ﻭ ﻟﻢ ﻳﺘﻘﺒﻞ ﻣﻦ ﺍﻻﺧﺮ ۗ ﻗﺎ ﻝﻻﻗﺘﻠﻨﻚ ۗ ﻗﺎ ﻝﺍﻧﻤﺎ ﻳﺘﻘﺒﻞ ﺍﷲ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺘﻘﻳﻦ ﴿۲۷﴾ ﻟﮨﻦ ﺑﺴﻄﺖ ﺍﻟﭓﭓ ﻳﺪ ﻙ ﻟﺘﻘﺘﻠﻨﭓ ﻣﺎ ﺍﻧﺎﺑﺒﺎ ﺳﻂ ﻳﺪ ﻱ ﺍ ﻟﻴﻚ ﻻ ﻗﺘﻠﻚ ۚ ﺍﻧﭓ ﺍ ﺧﺎ ﻑ ﺍﷲ ﺭ ﺏ ﺏﺍﻟﻌﻠﻤﻴﻦ ﴿۲۸﴾ ﺍﻧﭓ ﺍ ﺭ ﻳﺪ ﺍﻥ ﺗﺒﻮ ء ﺑﺎ ﺛﻤﭓ ﻭ ﺍ ﺛﻤﻚ ﻓﺘﻜﻮ ﻥ ﻣﻥ ﺍﺻﺤﺐ ﺍﻟﻨﺎ ﺭ ۚ ﻭ ﺫ ﻟﻚ ﺟﺰ ﺍﺅ ﺍﺍ ﻟﻈﻠﻤﭕﻦ ﴿٢٩﴾ ﻓﻄﻮ ﻋﺖ ﻟﻪ ﻧﻔﺴﻪ ﻗﺘﻞ ﺍﺧﻴﻪ ﻓﻘﺘﻠﻪ ﻓﺎ ﺻﺒﺢ ﻣﻦ ﺍ ﻟﺨﺴﺮ ﻳﻦ ﴿۳۰﴾ ﻓﺒﻌﺚ ﺚﺍﷲ ﻏﺮﺍ ﺑﺎ ﻳﺒﺤﺚ ﻓﻰ ﺍﻻﺭ ﺽ ﻟﻴﺮ ﻳﻪ ﻛﻴﻒ ﻳﻮﺍ ﻱ ﺳﻮ ﺍﺓﺍﺧﻴﻪ ۗ ﻗﺎ ﻳﻮ ﻳﻠﺘﻲ ﺍﻋﺠﺰ ﺕ ﺍﻥ ﺍ ﻛﻮ ﻥ ﻣﺜﻞ ﻫﺬﺍﺍﻟﻐﺮﺍﺏ ﻓﺎﻭﺍ ﺮ ﻱﺳﻮ ﻮﺍﺓﺍﺟﭒ ۚ ﻓﺎﺻﺒﺢ ﻣﻦ ﺍﻟﻨﺪ ﻣﻴﻦ ﴿۳۱﴾
Artinya: (27) Ceritakanlah kepadaku mereka kisah kedua kisah putera Adam (Qobil dan Habil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qobil). Ia berkata (Qobil) : “aku pasti membunuhmu”. Berkata Habil : “Sesunguhnya Allah hanya menerima (qurban dari orang-orang yang bertaqwa)”.(28) Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku. Aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu, sesungguhnya aku takut kepada Allah”. (29) “Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh) ku dan dosamu sendiri maka kamu akan menjadi penghuni neraka. Dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang dzalim”. (30) Maka hawa nafsu Qobil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah maka jadilah ia seorang diantara orang-orang yang merugi. (31) Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali dibumi untuk memperlihatkannya kepadanya (Qobil) bagaimana ia seharusnya menguburkan mayat saudaranya, berkata Qobil : “Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini ? Karena itu jadilah dia seorang diantara orang-orang yang menyesal diri. (QS.Al- Maidah: 27-31).
Kemudian pada ayat berikutnya tuhan menyimpulkan pelajaran di atas sebagai berikut : Oleh karena itu kami wajibkan atas bani israil, barang siapa yang membunuh orang bukan karena orang itu bersalah atau berbuat kerusakan di muka bumi ini, seolah-olah ia telah membunuh manusia semuanya. Dan barang siapa memelihara hidup seseorang maka seolah-olah ia memelihara hidup manusia semua dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul kami dengan membawa keterangan-keterangan, kemudian bahwa sesungguhnya kebanyakan dari mereka sesudah itu melewati batas di atas bumi. (QS. Al-Maidah : 31).
B. Kewajaran metode sosiodrama.
Metode sosiodrama wajar digunakan dalam rangka mencapai tujuan-tujuan yang mengandung sifat-sifat sebagai berikut :
1. Memahami perasaan orang lain.
2. Membagi pertanggung jawab dan memikulnya.
3. Menghargai pendapat orang lain.
4. Mengambil keputusan dalam kelompok.
5. Membantu penyesuaian diri dan kelompok.
6. Memperbaiki hubungan social.
7. Mengenali nilai-nilai dan sikap-sikap.
8. Menanggulangi atau memperbaiki sikap-sikap salah.
C. Keuntungan-keuntungan/ kebaikan-kebaikan yang diperoleh dengan melaksanakan metode sosiodrama.
1. Untuk mengajar peserta didik supaya ia bisa menempatkan dirinya dengan orang lain.
Dengan sosiodrama setiap perserta didik diberi tugas menerangkan hal-hal yang sesuai dengan kemampuannya. Sehingga dalam pelaksanaan tersebut setiap anak merasa bertanggung jawab terhadap pelaksanaannya.
Dan pelaksanaan sosiodrama selalu sangkut-menyangkut antara satu perserta didik dengan perserta didik yang lain sehingga dengan cara yang demikian perserta didik akan merasakan bagimana perasaan orang lain yang betul-betul merasakan sesuai dengan yang diperankan.
2. Guru dapat melihat kenyataan yang sebenernya dari kemampuan perserta didik.
Kalau dalam belajar kadang-kadang guru hanya mengetahui kemampuan perserta didik dengan jalan observasi saja, sehingga guru tidak bisa melihat dengan sebenernya sampai dimana kemampuan perserta didik dalam memainkan peranan yang dipegangnya.
3. Sosiodrama dan permainan peranan menimbulkan diskusi yang hidup.
Sesudah permainan peranan dilaksanakan, ini akan menimbulkan diskusi yang hidup. Bukan saja bagi pemainan peranan tapi juga bagi penonton. Terutama sekali kalau yang diperankan itu maslaah menarik bagi perserta didik atau masalah yang hangat dibicarakan. Penonton yang selalu mengikuti permainan peranan bukan saja pasif menerima apa yang diperankan oleh pemain-pemainnya tapi juga mereka akan melakukan kritik dan saran terhadap kekurangan yang ditemui dalam semua peranan yang dimainkan.
4. Peserta didik akan mengerti social psychologis.
Dalam sosiodrama peserta didik tentunya akan berhadapan dengan masalah yang berhubungan dengan kehidupan manusia. Tentu saja dalam pelaksanaannya peserta didik akan memecahkan masalah masalah yang ada hubungannya sesame manusia tersebut. Apakah latar belakang kejadian tersebut. Bagaimana cara mengatasinya dan sebagainya.
5. Metode sosiodrama dapat menarik minat peserta didik.
Bukan saja karena metode ini merupakan metode yang baru, tapi juga dalam metode ini peserta didik akan dapat menemui bermacam-mavam pengalaman yang berguna dalam kehidupan mereka sehari-hari.
6. Melatih peserta didik untuk berinisiatif dan berkreasi.
Dalam metode ini murid-peserta didik dituntut mengeluarkan pendapatnya pada waktu menyelesaikan drama, dan disamping itu mereka juga dapat mengembangkan daya fantasinya dalam peran yang diinginkannya .
D. Kelemahan-kelemahan/kekurangan-kekurangan metode sosiodrama adalah sebagai berikut :
1. Sukar untuk memilih anak-anak yang betul betul berwatak untuk memecahkan masalah tersebut.
2. Perbedaan adat istiadat kebiasaan dan kehidupan-kehidupan dalam suatu masyarakat akan mempersulit pelaksanaanya.
3. Anak-anak yang tidak mendapatkan giliran akan menjadi pasif.
4. Kalau metode ini dipakainya untuk tujuan yang tidak layak.
5. Kalau pendidik kurang bijaksana tujuan yang dicapai tidak memuasakan.
E. Langkah-langkah sosiodrama
Pelaksanaan sosiodrama dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
1. Persiapan
Mempersiapkan masalah situasi hubungan social yang akan diperagakan atau pemilihan tema cerita. Pada kesempatan ini pula menjelaskan mengenai peranan-peranan yang dimainkan, pelaksanaan sosiodrama/peran dan tugas-tugas bagi mereka yang tidak ikut berperan (penonton).
2. Penentuan pelaku atau pemeranan.
Setelah mengemukakkan tema cerita serta memberi dorongan kepada peserta didik untuk bermain peranan, maka diadakanlah penemuan para pelaku dan menjelaskan bilamana dan betapa harus memulai melakukan peran, para pelaku diberi petunjuk atau contoh sederhana agar mereka siap mental.
3. Permainan sosiodrama.
Para pelaku memainkan peranya sesuai dengan imaginasi atau daya tangkap masing masing, sampai pada suatu klimaks tertentu atau suatu titik kulminasi (puncak) perdebatan yang hangat.
4. Diskusi
Permainan dihentikan, para pemeran dipersilahkan duduk kembali, kemudian dilanjutkan dengan diskusi dibawah pimpinan pendidik yang diikuti oleh semua peserta didik (kelas). Diskusi berkisar pada tingkah laku para pemeran dalam hubungannya dengan tema cerita, sehingga terhadirlah suatu pembicaraan berupa tanggapan , pendapat dan beberapa kesimpulan.
5. Ulangan permainan (evaluasi).
Setelah diskusi selesai dilakukan ulangan permainan atau bermain peranan ulangan dengan memperhatikkan pendapat, saran-saran atau kesimpulan-kesimpulan yang diperoleh dari hasil diskusi.
F. Hal-hal yang patut diperhatikan dalam pelaksanaan sosiodrama.
1. Masalah yang dijadikkan tema cerita hendaknya dialami oleh sebagian besar peserta didik.
2. Penentuan pameran hendaknya secara sukarela dan motivasi dari pendidik.
3. Jangan terlalu banyak “disutradarai”, biarkan peserta didik mengembangkan kreatifitas dan spontanitas mereka.
4. Diskusi diarahkan kepada penyelesaian akhir (tujuan), bukan kepada baik atau tidaknya seseorang peserta didik berperan.
5. Kesimpulan diskusi dapat diresumekan oleh pendidik.
6. Sosiodrama bukanlah sandiwara atau drama biasa, melainkan merupakan peranan situasi social yang ekspresif dan hanya dimainkan satu babak saja.
G. Bentuk-bentuk Dramatisasi.
Terdapat beberapada bentuk dramatisasi yang dapat digunakan dalam pembelajaran diantaranya :
1. Permainan bebas.
2. Melakonkan suatu cerita
3. Sandiwara boneka dan wayang.
H. Contoh aplikasi metode sosiodrama.
GURU SISWA
• Menentukkan tema yang akan dimainkan melalui sosiodrama, missal tentang tema hubungan social sikap seorang anak yang menghadapi orang tuannya yang melakukan maksiat. • Membagi diri dalam kelompok pemain, kelompok peserta.
• Membagi kelas menjadi kelompok pemain dan kelompok peserta. • Kelompok pemain membuat scenario cerita yang akan dimainkan. Dan mempelajari skenario.
• Menentukkan para pemain sesuai dengan tema yang akan dimainkan, missal : tokoh ulama, ustadz, orangtua, dan peran pembantu. • Menentukan para pemain sesuai dengan skenario yang telah dibuat.
Dalam konteks pembelajaran pendidikan agama islam, metode sosiodrama bisa digunakan dalam pelajaran Akhlakul karimah dan sejarah islam. Sebagai contoh, dalam mengajarkan tema “birrul walidain” (berbuat baik kepada orangtua) seseorang guru agama bisa membuat metode sosiodrama sebagai metode untuk menyampaikan materi tersebut.
Pertama kali, guru agama menentukan tema besar tentang birrul walidain, selanjutnya guru memberikan contoh kasus adanya pertentangan pendapat antara anak dengan orangtuanya, bahkan tidak jarang terjadi kontak fisik yang tidak diinginkan. Setelah itu, guru meminta sekelompok sisiwa membuat skenario untuk ditampilkan pada pertemuan selanjutnya.
Melalui tampilan yang dilakukan sekelompok siswa, kelompok lain diharapkan memberikan komentar dan tanggapan terhadap tampilan temannya serta memberikan makna terhadap tema yang ditampilkan .
Komentar
Posting Komentar