KAMPUS, PMII dan NU

M Hanif Dhakiri
(Sekjend PB IKA PMII, Menteri Ketenagakerjaan)

Meskipun pernah mengalami pasang-surut, hubungan darah antara PMII dan NU tak 
akan pernah terbantahkan dalam lembar catatan sejarah, bahwa PMII adalah anak kandung 
ideologis dan biologis NU. Sampai saat ini, PMII tidak pernah bertentang dengan NU, baik 
secara substansi perjuangan gerakan, visi kenegaraan, maupun dalam merawat tradisi 
keagamaan. PMII tetap konsisten merawat dan menjalankan tradisi sebagaimana yang 
diajarkan oleh kiai-kiai NU maupun ulama as-Salaf ash-Shalih. Para kader-kader PMII di 
seluruh Indonesia tetap konsisten menjalankan aktifitas keagamaan yang diajarkan NU 
seperti tahlil, istighosah, tawassul, dan sholawatan. NU memperjuangkan Islam rahmatan 
lil’alamin, pun demikian dengan PMII.
Salah satu kenyataan yang tak terelakkan dalam melihat hubungan antara PMII dan 
NU adalah keteguhan kedua-duanya untuk senantiasa menempatkan Islam ala Ahlussunah 
Wal-jama’ah sebagai pijakan gerakan organisasi. Bagi PMII, Ahlussunah Wal Jama’ah 
merupakan Manhaj (pola) pijakan, baik dalam membangun gagasan maupun arah 
gerakannya.
Kenyataan lain yang menjadi catatan eratnya hubungan PMII dan NU adalah 
tantangan dan persoalan kebangsaan dan keagamaan yang harus disikapi oleh PMII dan NU 
kedepan. Terus berkembangnya paham radikalisme dan fundamentalisme saat ini, merupakan 
salah satu persoalan bangsa dan keagamaan yang menjadi tantangan. Paham-paham tersebut 
hingga saat ini terus menggerogoti persatuan dan kesatuan bangsa. Bahkan, radikalisme dan 
fundamentalisme terus bermetamorfosis seiring berkembangnya peradaban dan pola hidup 
manusia, serta teknologi dan informasi.
Kampus tidak hanya dijadikan sebagai tempat untuk menimba ilmu, akan tetapi 
kampus merupakan sentral pergerakan bagi organisasi kemahasiswaan seperti PMII, 
khususnya proses kaderisasi.
Bagi PMII, kaderisasi adalah roh pergerakan dalam upaya mentraformasikan nilai-
nilai Ahlussunah Wal Jama’ah di lingkunhgan kampus. Selain untuk menanamkan nilai-nilai 
Ahlussunah Wal Jama’ah sejak dini bagi mahasiswa. Maraknya gerakan radikalisme di 
kampus seharusnya menjadi tantangan tersendiri buat kader-kader PMII untuk melakukan 
gerakan back to campus. Dengan jargon selamatkan generasi bangsa dari paham radikalisme. 
Kaderisasi PMII juga harus mampu menjawab kebutuhan kepemimpinan (leadership) dewasa 
ini dengan penguatan nilai-nilai Ahlussunah Wal Jama’ah.
Ada beberapa hal yang dibutuhkan kader PMII saat ini:
Kepemimpinan intlektual, sebagai kader pergerakan, kader PMII tidak hanya dituntut 
untuk menguasai keilmuan Ahlussunah Wal Jama’ah saja, tetapi juga dituntut untuk 
menguasai isu-isu ke-Indonesiaan juga Internasional. Dalam proses pembentukan 
kepemimpinan kader berintelektual, memperkuat kaderisasi dengan bidang-bidang keilmuan 
bisa dilakukan dengan kajian atau diskusi ditataran rayon, cabang, komisariat, bahkan tingkat 
nasional. Tradisi ngaji dan diskusi tidak bisa berhenti dalam satu tingkatan kaderisasi namun 
terus berlanjut. Selama ini, penguatan intelektual kader PMII kurang masif dan continue.

PMII harus membekali kadernya dengan kemampuan untuk mentransformasikan gagasan 
(opinion) dan mengorganisir kekuatan-kekuatan gerakan lain sehingga menjadi sebuah 
gerakan nyata (movement).
Kepemimpinan spiritual. Kecerdasan spiritual bagi kader PMII sangatlah penting 
sebagai penyeimbang gerakan. Kaderisasi PMII harus mampu memberikan kecerdasan batin 
dari pikiran dan jiwa kepada kadernya, untuk membangun diri menjadi manusia seutuhnya. 
Sehingga, kader PMII mampu berfikir positif dalam menyikapi setiap persoalan agama, 
bangsa dan negara.
Dengan jati diri semacam itu, pantaslah kita, kaum pergerakan, berbangga menjadi 
PMII. Sebab menjadi PMII adalah menjadi NU, Islam dan Indonesia. Dimanapun kader PMII 
berada ia tetaplah NU. Tradisi dan pikiran-pikiran adalah NU. Cita rasa dan cita-citanya 
adalah cita rasa dan cita-cita NU. Untuk bangsa yang jaya dan Islam yang benar. Kita tak 
akan berada sejauh ini tanpa NU, tanpa PMII.
Banggalah Jadi Mahasiswa, Banggalah Jadi Islam, Banggalah Jadi Indonesia, Banggalah
Kalian Menjadi PMII.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ushul Fiqh: pengertian amar dan nahi

Pengertian Dharuriyyat, Hajiyyat dan Tahsiniyyat

makalah : ijma' dan Qiyas fiqh ibadah