Hakikat Pernikahan





Hakikat pernikahan adalah untuk melahirkan, merawat, serta mentarbiyah generasi yang mencintai Rabb-nya. Nikah seharusnya dijadikan sebagai ladang ukhrawi. Sebagai investasi surgawi. Sebab apa?
Sebab seba'da kita wafat, salah satu doa yang tetap mencucur adalah do'anya anak yang shaleh. Maka dari itu, memilih pasangan jangan hanya mengandalkan rasa. Atau cinta. Atau apalah namanya. Sadarilah bahwa Allah tak hanya memberi kita hati, namun juga akal. Akal, yang semestinya digunakan untuk mengemudikan hati agar ia tidak jatuh pada jiwa yang salah.
Aduhai malang sekali, hanya demi 'memperjuangkan' si dia, kita mengacuhkan tuntutan agama. Sudah jelas akhlaknya buruk, shalat-nya jarang, 'amal shaleh-nya nihil, kita kekeh mempertahankan-nya hanya karena alasan cinta.
Hingga, nasihat orangtua dihiraukan, lelaki baik yang datang diabaikan, bahkan nurani yang berbisik halus tak didengarkan.
Maafkan jika ini agak berlebihan, Saudarku. Tapi renungilah
sejenak. Sejenak saja. Bahwa, salah satu cara untuk melahirkan anak-anak yang shaleh-shalehah adalah dengan memilih suami/istri yang baik. Seseorang, yang akan mengenalkan Allah kepada sang buah hati di kelak hari.
Karenanya, seperti petuah seorang 'ulama, pilihlah lelaki/wanita yang shaleh/shalehah. Jika ia mencintai, katanya, ia akan selalu memuliakan-mu. Namun jikalau ia tak mencintai, sungguh ia tak akan menyakitimu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ushul Fiqh: pengertian amar dan nahi

Pengertian Dharuriyyat, Hajiyyat dan Tahsiniyyat

makalah : ijma' dan Qiyas fiqh ibadah