Berdagang Ala Rasulullah Saw
Rasulullah Saw merupakan
sosok teladan yang dijamin kebaikan dan kebenarannya sepanjang zaman. Sebagai orang
yang beriman kepada Allah dan mengakui bahwa Muhammad adalah Rasul-Nya, maka
kita harus menjadikan beliau sebagai teladan dalam segala hal. Baik dalam
perkataan maupun perbuatan. Salah satu kewajiban kita sebagai orang yang
beriman kepada Allah adalah mengikuti dan mencontoh Rasulullah Saw dalam
memahami prinsip-prinsip agama ini. Salah satunya adalah mencontoh beliau dalam
melakukan perniagaan/perdagangan dalam upayanya menjemput karunia-Nya.
Disamping sebagai nabi dan
rasul yang selalu memberikan contoh dan bimbingan agar umatnya mengikuti
aturan-aturan Allah, beliau juga banyak memberikan contoh dan bimbingan kepada
kita dalam melakukan perdagangan dan perniagaan yang menguntungkan semua pihak.
Cara berdagang dan berniaga yang baik dan benar menurut ajaran agama Islam
adalah dengan mengamalkan aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh
batasan-batasan syariat agama Islam.
Disamping kesibukannya
menjalankan amanah Allah untuk menyampaikan risalah-Nya, sejatinya Rasulullah
Saw juga merupakan seorang niagawan yang cukup sukses di zamannya. Kepiawaian
dan kecerdasan Rasulullah Saw dalam mengelola dan menjalankan barang dagangan
sebenarnya sudah mulai nampak saat beliau masih berusia sangat muda. Bahkan
masih bisa dibilang kanak-kanak. Jauh sebelum beliau menjadi nabi dan Rasul,
Muhammad muda telah banyak belajar tentang dunia perdagangan dan perniagaan
dari sang paman, Abu Thalib.
Dari pengalaman perjalanan
bisnisnya ke negeri Syam bersama sang paman itu, Muhammad muda kemudian belajar
mempraktekkan strategi pemasaran bisnis yang sangat cerdas, di mana caranya
menjalankan sistem perdagangannya tidak pernah merugikan orang lain yang
menjalin akad kerjasama dengannya. Muhammad muda menjadikan kejujuran sebagai
modal utama dalam menjalankan peerdagangannya.
Ya, sudah sejak usia belia
Muhammad dikenal sebagai seorang pebisnis muda yang sangat jujur dan selalu
disegani. Namun tentu saja untuk menjadi seorang niagawan muda agar bisa sampai
pada tataran “dipercaya dan disegani”
bukanlah suatu perkara yang mudah. Di awal-awal memulai perdagangan, Muhammad
pun juga mengalami banyak kesulitan, sebelum akhirnya dia menjadi seorang
niagawan muda yang sukses. Apa yang sebenarnya membuat Muhammad muda bisa
menjalankan perdagangannya dengan sukses? Adakah karena dia memiliki modal yang
besar?
Tentu saja tidak demikian.
Jangankan memiliki modal yang besar, Muhammad muda saat itu hanya hidup
sebatang kara yang hidupnya hanya menumpang di rumah Abu Thalib, pamannya, yang
juga hanya bisa hidup dalam keadaan pas-pasan. Namun Muhammad muda tidak
menjadikan semua keterbatasan tersebut sebagai halangan. Baginya, berdagang
adalah kesenian. Sehingga dia tidak lagi menganggap uang sebagai modal untuk
memulai suatu jenis usaha. Sebab, dia memiliki prinsip bahwa modal yang
sebenarnya sangat diperlukan dalam menjalankan perdagangan adalah kejujuran dan
keadilan dalam melakukan transaksi.
Sikap inilah yang kemudian
dijadikan oleh Muhammad muda sebagai modal terbesar dalam memulai perdagangan.
Oleh karena itu, sangat tepat jika Afzalur-Rahman di dalam bukunya Muhammad Saw
A Trader menuliskan bahwa kunci kesuksesan Rasulullah Saw dalam menjalankan
perdangangannya terletak pada kejujuran dan keadilannya. Dan sejarah memang
telah mencatat fakta yang sebenarnya bahwa memang kejujuranlah yang selalu ditunjukkan
oleh Muhammad muda dalam melakukan transaksi perdagangannya.
Jujur dan jujur. Sikap inilah
yang juga Muhammad muda tunjukkan pada saat dirinya menjadi pengelola utama
bisnis besar yang diinvertasikan oleh Siti Khadijah. Berkat kejujuran yang dimiliki
oleh Muhammad inilah yang kemudian mendorong hati Khadijah untuk mempercayakan
seluruh barang dagangan yang dimilikinya pada seorang pemuda bernama Muhammad.
Oleh karena itu, berkat kejujuran dan keadilannya Muhammad muda dengan
didampingi oleh salah seorang pembantu setia Khadijah—Maisyaroh—berangkatlah
ke Syiria, Jerussalem, Yaman dan tempat-tempat lain untuk menjalankan barang
dagangan.
Karena kejujurannya, maka
dalam menjalankan perdagangan ke luar negeri tersebut Muhammad muda selalu
mendapatkan keuntungan di luar dugaannya. Hal itu membuat Maisyaroh hanya
terbengong-bengong. Maisyaroh benar-benar kagum terhadap kejujuran dan keadilan
yang dimiliki oleh Muhammad.
Oleh sebab itu, sangat tepat
jika Prof. Afzalur-Rahman di dalam bukunya Muhammad A Trader mengungkapkan
bahwa Muhammad Saw merupakan seorang pedagang yang sangat jujur dan adil
(fairplay) dalam membuat perjanjian bisnis. Muhammad Saw tidak pernah membuat
para pelanggannya mengeluh (komplain). Beliau selalu menepati janjinya dan
dalam menyerahkan/mengirimkan barang-barang pesanannya selalu tepat waktu dan
tetap mengutamakan kualitas barang yang telah dipesan dan disepakati
sebelumnya.
Dalam berperilaku bisnis pun
beliau selalu menunjukkan rasa tanggung jawab. Di samping itu beliau juga memiliki
integritas yang tinggi di mata siapa pun. Sehingga reputasi beliau sebagai
seorang pedagang yang jujur dan adil telah dikenal luas sejak beliau masih muda—sebelum
beliau diangkat menjadi seorang nabi dan rasul.
Sejalan dengan pernyataan di
atas, Dr. H. Muhammad Syafi’i Antonio, M.E.c
mengungkapkan bahwa yang menjadi Number One Capital dalam bisnis yang
dijalankan oleh Rasulullah Saw adalah kepercayaan dan kopetensi. Sehingga dalam
kepercayaan (trust) itu ada integritas dan kemampuan untuk segera melaksanakan
usaha. Oleh karena itu, tak heran jika Rasulullah Saw mulai membangun usaha
dagangnya dari kecil, yaitu dari sekadar menjadi seorang pekerja dan buruh
kasar. Kemudian—berkat kejujurannya—beliau dipercaya
untuk menjadi seorang supervisor, manager dan kemudian menjadi investor.
Perjalanan dari kuadran ke
kuadran itu, masih menurut Dr. Syafi’i Antonio,
menunjukkan bahwa Rasulullah Saw merupakan seorang entrepreneur yang memiliki
strategi dalam mengembangkan usahanya dan karakteristik untuk mencapai kesuksesannya.
Sebagai seorang pengusaha dan pemimpin, maka Rasulullah Saw memiliki sumber
pendapatan yang sangat banyak. Tapi, selain beliau mudah mendapatkan pemasukan,
beliau juga seorang manusia mulia yang memiliki jiwa penuh kasih sehingga
sering memberikan bantuan kepada orang lain.
Beliau sangat tidak sabar
jika melihat ada salah satu di antara umatnya yang menderita dan tidak ridha
melihat kemiskinan di sekitarnya atau kelaparan di depan matanya. Itu sebabnya,
Rasulullah Saw selalu terdepan dalam berinfak dengan kecepatan yang luar biasa,
yang digambarkan para sahabatnya sebagai “seperti hembusan
angin”. Beliau selalu menyedekahkan banyak hartanya dan
mengambil sedikit saja untuk diri dan keluarganya.
Sedangkan menurut Laode M.
Kamaluddin. Ph.D. di dalam bukunya yang berjudul 14 Langkah Rasulullah Saw
Membangun Kerajaan Bisnis menyatakan bahwa sikap kejujuran dan keterbukaan yang
dimiliki oleh Rasulullah Saw dalam melakukan transaksi perdagangan merupakan
teladan bagi seorang pengusaha generasi selanjutnya. Beliau selalu menepati
setiap janji dan mengantarkan barang dagangan dengan standar kualitas yang
selalu sesuai dengan permintaan para pelanggannya. Sehingga beliau tidak pernah
membuat pelanggannya mengeluh atau kecewa. Reputasi sebagai pelanggan yang
benar-benar jujur telah tertanam dengan baik.
Sejak muda, beliau selalu
memperlihatkan rasa tanggung jawabnya terhadap setiap transaksi yang dilakukan.
Beliau juga menjadikan bekerja sebagai ladang untuk menjemput surga, berpikir
visioner, kreatif dan siap menghadapi perubahan. Selain itu beliau juga
merupakan sosok seorang pribadi yang pandai dan cerdas dalam mempromosikan
diri, menggaji karyawan sebelum kering keringatnya, mengutamakan sinergi dan
berbisnis dengan cinta. Beliau juga pandai bersyukur kepada Allah dan tak segan
mengucapkan kata terima kasih.
Selain memaparkan rahasia
kesuksesan Rasulullah Saw dalam menjalankan perdagangannya, Laode M.
Kamaluddin. Ph.D juga menyatakan bahwa Rasulullah Saw merupan pribadi yang
pandai menjaga amanah. Kesuksesan Rasulullah Saw tidak pernah bisa dilepaskan
dari keberhasilan beliau menjaga kepercayaan (amanah). Sikap amanah inilah yang
selalu dijunjung tinggi oleh Rasulullah Saw dalam menjalankan roda bisnisnya.
Sehingga tidak ada satu orang pun yang pernah berinteraksi dengan beliau
kecuali mendapatkan rasa puas dan bahagia.
Dari keterangan-keterangan di
atas dapat disimpulkan bahwa kesuksesan Rasulullah Saw dalam menjalankan dan
mengembangkan usaha perdagangannya karena beliau mengutamakan kejujuran dan
keadilan sebagai modal utama dalam berdagang. Sehingga beliau selalu berkata
jujur dalam setiap melakukan transaksi kepada para pembeli maupun mitra-mitra
usahanya. Jika barang dagangannya memang buruk, beliau selalu mengatakan apa
adanya. Sehingga pembeli tidak akan kecewa karena merasa dipermainkan atas
barang dagangan yang tidak sesuai dengan kenyataannya.
Selain kejujuran dan
keadilan, Rasulullah Saw juga menjadikan amanah sebagai prinsip dasar yang
selalu dijunjung tinggi. Beliau berprinsip bahwa berdagang merupakan seni
membangun kepercayaan. Jika di awal sudah merasa sangat tertarik, tidak merasa
dirugikan dan justru diuntungkan berkat kejujuran beliau, maka di kemudian hari
akan lebih mudah untuk membuat seorang pembeli itu datang kembali dan membeli
barang dagangannya. Kejujuran dalam bertransaksi akan menurunkan keberkahan
dari sisi-Nya.
Dalam sebuah riwayat shahih
disebutkan bahwa Rasulullah Saw pernah bersabda, “Jika
penjual dan pembeli itu jujur dan transparan, maka akan diberkahi dalam
transaksinya” (H.r. Imam Bukhari dan Imam Muslim)
Dengan demikian maka jelaslah bahwa Rasulullah Saw telah memberikan
contoh pada kita bagaimana cara berdagang yang baik dan benar menurut aturan
Islam. Dalam berdagang, kejujuran dan keadilan bertransaksi merupakan modal terbesar.
Dengan memiliki kedua modal tersebut, maka seorang pedagang akan meraih
keberkahan perdagangan dan keberkahan rezekinya. Kejujuran dan keadilan dalam
setiap melakukan transaksi merupakan cara terbaik yang membuat Allah menjadi
ridha.
Komentar
Posting Komentar