Adab Berteman dan bertetaangga
Adab Bertetangga Dan Berteman
Ust. Novel Alaydrus
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Tahukah kalian, apa saja hak tetangga? Hak tetangga di antaranya adalah
“Tahukah kalian, apa saja hak tetangga? Hak tetangga di antaranya adalah
- jika dia meminta pertolonganmu, maka kau harus membantunya,
- jika ia meminjam (berhutang) kepadamu, maka kau meminjaminya,
- jika ia miskin, maka kau berderma kepadanya,
- jika ia sakit, maka kau menjenguknya,
- jika ia meninggal dunia, maka kau melayat jenazahnya,
- jika ia memperoleh kebaikan, maka kau ucapkan selamat kepadanya,
- jika ia memperoleh musibah, maka kau ikut berduka atasnya.
- Janganlah kau mendirikan bangunan yang lebih tinggi dari rumahnya sehingga menghalangi udara memasuki rumahnya, kecuali atas seizinnya.
- Jika kau membeli buah-buahan, maka berilah dia dan jika kau tidak memberinya, maka bawalah buah-buahan itu ke dalam rumahmu secara sembunyi-sembunyi dan jangan sampai anakmu membawanya ke luar rumah agar anak tetanggamu tidak marah.
- Jangan kau ganggu dia dengan asap masakanmu, kecuali jika kau memberinya juga.
Tahukah kalian apa saja hak tetangga? Demi Dia yang jiwaku berada dalam
genggamannya, tidak mungkin seseorang mampu memenuhi semua hak tetangga,
kecuali dia yang dirahmati oleh Allâh Ta’âlâ .” (HR ‘Umar Bin Syu’aib)
Duhai saudaraku yang dirahmati Allâh, coba renungkan sabda Nabi di atas
yang berbunyi, “dan jangan sampai anakmu membawa buah-buahan tersebut ke
luar rumah agar anak tetanggamu tidak marah.” Mengapa, sebab bisa jadi
ketika melihat si anak sedih dan menangis, hati orang tuanya akan terganggu.
Dia akan sibuk memikirkan bagaimana caranya agar dapat membeli buah-buahan yang
sama. Jika demikian dalam masalah buah-buahan, lalu bagaimana jika istri dan
anak para tetangga yang hidup sederhana dan dalam kesempitan melihat perhiasan
dan pakaian indah yang dikenakan oleh tetangga atau kerabat mereka? Bagaimana
kiranya perasaan suami yang mengetahui kesedihan anak dan istrinya, padahal dia
tahu tidak mungkin menghibur hati anaknya dengan ucapan, “Ketahuilah,
sesungguhnya kefakiran itu lebih utama dan lebih baik daripada kekayaan.” Oleh
karena itu, seseorang yang tidak mampu menyenangkan mereka (para tetangga yang
berada dalam kesusahan), janganlah membuat mereka sedih dan marah. Hendaknya
dia menyembunyikan perhiasan dan sejenisnya, bukan justru menampakkannya.
Jika tidak mampu berbuat baik kepada orang lain, maka berusahalah untuk
tidak mengganggu mereka. Seorang suami yang ingin istrinya mengenakan perhiasan
indah hendaknya memerintahkan istrinya untuk memakainya secara tersembunyi,
sehingga hanya orang yang berada di dekatnya saja yang tahu. Berapa banyak rumah
tangga yang hancur, kerusakan, kesedihan, kesusahan, duka, kehinaan, rasa
takut, hutang, saling membenci, iri dengki, fitnah, bencana hanya karena
permasalahan seperti ini. Berapa banyak kebaikan yang terlewatkan karenanya,
seperti ilmu berbobot, perilaku mulia, amal yang berguna, keadaan yang
diridhai, kebahaiaan, kehidupan yang menyenangkan, qanaah, sikap ridha pada
ketentuan Allâh dan zuhud.
Diceritakan seorang bapak ingin menikahkan putrinya dengan seorang pria
yang barusan datang dari berpergian. Pria ini menitipkan kepada calon mertuanya
beberapa perhiasan untuk tunangannya. Ketika melihat perhiasan itu, sang mertua
menyimpannya. Tetapi, keesokan harinya ia hancurkan perhiasan tersebut. Melihat
perhiasannya hancur berkeping-keping, sang putri merasa sedih. Menyaksikan
kesedihan putrinya sang ayah berkata, “Tindakanku hanya menyebabkan kesedihan
hatimu saja, tetapi akan menyelamatkan hati orang lain. Besok akan berdatangan
tamu wanita mengunjungimu. Jika mereka melihat perhiasan itu, maka hati mereka
akan sedih, sebab mereka tidak memiliki perhiasan yang sama.”
Coba
perhatikan jalan berpikir yang sangat bijaksana ini, jika engkau termasuk
orang-orang yang mau mendengarkan.
Komentar
Posting Komentar