Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2016

ikrar santri

Ikrar Santri Indonesia Bismillahirrahmanirrahim, Asyhadu allaa Ilaaha Illallah, Wasyhadu anna Muhammadar Rasulullah Kami santri Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), berikrar : 1. Sebagai santri NKRI, berpegang teguh pada aqidah ajaran nilai dan tradisi islam Ahlussunnah wal Jamaah. 2. Sebagai santri NKRI, bertanah air satu, tanah air Indonesia, berideologi negara satu, ideologi Pancasila, berkonstitusi satu, UUD 1945, berkebudayaan satu, kebudayaan Bhinneka Tunggal Ika. 3. Sebagai santri NKRI, selalu bersedia dan siap siaga menyerahkan jiwa dan raga membela tanah air dan bangsa Indonesia, mempertahankan persatuan dan kesatuan nasional serta mewujudkan perdamaian abadi. 4. Sebagai santri NKRI, berperan aktif dalam pembangunan nasional, mewujudkan kesejahteraan lahir dan batin untuk seluruh rakyat Idonesia yang berkeadilan 5. Sebagai santri NKRI, pantang menyerah, pantang putus asa serta siap berdiri di depan melawan pihak-pihak yang akan merongrong Pancasila, UUD 1945, NK

Telapak Tangan Seorang Ibu

Gambar
IBU Alkisah ada seorang anak muda yang brilian dan sangat pintar. Dia baru saja lulus sarjana dengan predikat cum laude. Selama kuliah, dia juga mengoleksi beberapa penghargaan dan prestasi. Intinya, si anak muda ini benar-benar te-o-pe be-ge-te. Dan iapun bangga dengan kemilau prestasinya tersebut. Rasa pedenya begitu tinggi… Setelah lulus, ia lalu mencari pekerjaan. Saat melamar ke sebuah perusahaan terkenal, tidak sulit baginya untuk lolos dari tes-tes saringan, hingga sampailah ia ke tahap terakhir: wawancara dengan Direktur perusahaan tersebut. Saat wawancara tiba, terjadilah dialog antara pak Direktur dengan si anak muda. “Prestasimu sungguh luar biasa, anak muda. Bagaimana kamu bisa punya prestasi setinggi itu?”, tanya pak Direktur. “Saya belajar keras, pak. Saya selalu memacu diri saya sendiri, dan memupuk kepercayaan diri saya.”, jawab si anak muda. “Siapa yang mendorong dan memotivasimu? Ayahmukah?” “Bukan pak. Ayah sudah meninggal se

Benarkah Harus Bermadzhab?

Gambar
MENGAPA HARUS BERMADZHAB Oleh Ustadz Novel Bin Muhammad Alaydrus, Pengasuh Majelis Ilmu Dan Dzikir AR-RAUDHAH, Solo Kebanyakan umat Islam dalam beribadah memakai madzhab Imam Syafi’i, Maliki, Hanafi atau Hambali, bukankah yang benar adalah yang mengikuti AlQur’an dan Sunnah (Hadits)?  Mengapa kita harus bermadzhab? Mengapa kita tidak kembali kepada AlQur’an dan Sunnah saja? Kalimat “Mengapa kita tidak kembali kepada AlQur’an dan Sunnah saja?” seakan-akan menghakimi bahwa orang yang bermadzhab itu tidak kembali kepada AlQur’an dan Sunnah. Penggunaan kalimat “Mengapa kita tidak kembali kepada AlQur’an dan Sunnah saja?” tersebut telah menyebabkan sebagian orang memandang remeh ijtihad dan keilmuan para ulama, terutama ulama terdahulu yang sangat dikenal kesalehan dan keluasan ilmunya. Dengan menggunakan kalimat “Mengapa kita tidak kembali kepada AlQur’an dan Sunnah saja?” sekelompok orang sebenarnya sedang berusaha mengajak pendengar dan pembaca tulisannya untuk mengik

Syeikh Ibrahim al-Khawwas dan hidangan dari langit

Gambar
Syeikh Ibrahim al-Khawwas dan hidangan dari langit Syeikh Ibrahim al-Khawas menceritakan pengalamannya, pada suatu hari ia meninggalkan negerinya menuju Mekah untuk menunaikan ibadah Haji.  Ia berjalan tanpa kendaraan dan perbekalan apapun. Ditengah perjalanan ia tersesat hingga tidak tahu arah mana yang harus dituju. Tiba tiba ia melihat seorang pendeta Nasrani yang bergegas menuju padanya, pendeta itu berkata: ” Wahai pendeta Muslim, bolehkah aku  bersamamu diperjalanan ? ” “ Tentu saja boleh “ jawab Ibrahim al-Khawwas , ia merasa gembira karena sekarang ia tidak sendiri lagi dijalan, ada pendeta nasrani itu yang menemaninya. Mereka berjalan selama tiga hari tiga malam tanpa merasakan makan dan minum. Mereka telah merasa haus dan lapar, namun demikian masing masing mereka terus berdiam diri antara satu dengan yang lainnya. Sampai pada satu ketika pendeta Nasrani itu sudah tidak tahan lagi, ia berkata : “ Wahai pendeta Muslim, apakah engkau tidak membawa makanan un

kesabaran kyai kepada santrinya

Gambar
Cerita guru dan santri Mari kita belajar untuk menjadi orang yang sabar dan ikhlas dari kisah di bawah ini. Malam itu ada kyai yang sedang menulis, di jaman itu menulis masih memakai tinta clup . Saat kyai itu menulis ada salah satu santri yang melintas di samping kyai namun dengan tidak sengaja santri itu menyenggol tinta yang di pakai kyai nya menulis. Kyai yang memakai baju putih sarung putih menjadi warna biru tua. Kyai itu lalu bertanya-tanya kepada hatinya " kalo aku marah kira-kira allah suka nggak ya, santriku kan nggak sengaja ". Lalu kyai berkata kepada santrinya " Terimakasih gara-gara kamu menyenggol tinta itu, baju dan sarung ku menjadi warna biru, dari dulu aku ingin baju yang berwarna biru. Semoga kebaikan mu ini di balas oleh allah swt " Lalu sang guru memberikan uang dan   menyuruh santri nya untuk membawa pakian nya ke tukang celup warna. Irgi Nf. 2 Nov 2016

Belajar istiqomah Dari Mbah Dolah

Gambar
Belajar istiqomah dan bersabar dari Mbah Dolah Di kampung-kampung sering kalian melihat di depan rumah ada kendi yang berisi air minum. Zaman dulu banyak orang yang bepergian jalan kaki salah satu sumber air minum bagi mereka yang di sediakan oleh pemukim kampung tersebut. Salah satunya adalah mbah dolah yang terkenal alim dan menjadi pemuka agama di kampung itu, ia selalu istiqomah mengisi air ke kendi yang berada di depan rumahnya. Mbah Dolah yang punya 2 anak itu selalu bilang kepada anaknya agar berbuat baik kepada siapa pun walaupun kita di caci di benci namun kita harus membalas nya dengan kebaikan. Kebaikan yang selalu di contohkan kepada anak itu ternyata ada yang tak suka. Sore itu Mbah Dolah mengisi air ke kendi yang menjadi kegiatan istiqomah beliau. Tapi banyak orang yang mengguncing Mbah Dolah yang bahwa air yang di sediakan di depan rumah nya itu ada kotoran sapi nya. Tapi Mbah Dolan tetap mengisi air itu setiap sore, 3 hari bertur